Cari Blog Ini

Kamis, 30 Juni 2011

WADUK PONDOK

Image and video hosting by TinyPic

Waduk Pondok berlokasi di Dero Kecamatan Bringin terletak
kurang lebih 16 km sebelah timur Kota Ngawi. Waduk pondok
sangat terkenal di kalangan wisatawan local sekitar Ngawi. Selain
fungsinya sebagai sarana irigasi, waduk Pondok juga
menyediakan fasilitas wisata seperti pemancingan, kapal motor,
perkemahan, tempat bermain

Obyek wisata yang menyuguhkan panorama indah.
Waduk Pondok merupakan salah satu obyek yang indah
dan masih alami. Dengan luas sekitar 2596 Ha, mampu
menampung air sampai dengan 29.000.000 m3,
membuat Waduk Pondok seperti hamparan air yang
menyerupai danau dengan latar belakang hutan daerah
perbukitan. Selain sebagai tempat rekreasi keluarga, Waduk
Pondok juga merupakan surga bagi para pemancing.
Disana banyak ditemukan berbagai jenis ikan seperti
Tombro, Tawes, Nila, Bandeng, Patin, Udang dll.

Image and video hosting by TinyPic


sebuah pemandangan yang menarik apabila malam menjelang di
Waduk Pondok. Disamping itu secara berkala di Waduk
Pondok disenggarakan lomba mancing yang banyak
dinikmati oleh para pemancing. Yang lebih menarik dari
obyek wisata ini adalah dilestarikannya sebuah upacara
adat yang oleh masyarakat disebut "Nyadran/Keduk Beji
Waduk Pondok" yang biasanya dilaksanakan setiap bulan
Syuro. Waduk Pondok sendiri mempunyai suatu legenda,
dimana nama Pondok bermula dari banyaknya pondok -
pondok yang dibangun oleh peziarah disekitar sumber
mata air untuk melakukan ngalap berkah atau tirakatan

AIR TERJUN SRAMBANG

Image and video hosting by TinyPic
Air Terjun Srambang
Srambang meupakan salah satu obyek wisata di Kabupaten
Ngawi yang berupa air terjun. Berlokasi di kaki gunung Lawu,
Kecamatan Jogorogo, sekitar 5 km ke selatan dari pasar Jogorogo.
Ketinggian air terjun ini hampir mencapai 25 m.
Merupakan obyek wisata yang sering dikunjungi wisatawan lokal
maupun luar daerah. Suasana pegunungan yang sejuk dan dingin
membuat tempat ini selalu ramai dikunjungi pengunjung. Areal
jalan menuju lokasi sudah diaspal sehingga mempermudah
perjalanan. Lokasi air terjun srambang berdekatan dengan pondok
pesantren Condro Mowo. Jika anda membawa kendaraan sepeda
motor anda bisa langsung menuju lokasi tanpa harus berjalan kaki
dan anda tidak usah khawatir untuk masalah keamanan karena
sudah disediakan area parkir walaupun tidak begitu luas. Namun
jika anda membawa mobil, anda harus berjalan kaki sekitar 500 m
untuk bisa sampai ke lokasi air terjun. Hanya dengan uang sebesar
Rp. 1500,- (saat tulisan ini dibuat/Februari 2008) anda bisa
menikmati sejuknya suasana gunung dan merasakan segarnya air
terjun bila mau berbasah-basah dengan air. Pengunjung bisa
mandi dan menikmati makanan dan minuman maupun jagung
bakar di lokasi air terjun. Banyak pedagang yang menjajakan
makanan dan minuman hangat. Batas waktu kunjungan adalah
sampai jam 3 sore. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya longsor
di areal air terjun, terlebih di musim hujan, banyak pacet dan
rawan longsor.

OREK OREK

Image and video hosting by TinyPic

*DHALANG POER*

****Orek orek catetan penting
Dudu joget dudu gending
Nuswantoro dulur sih gonjang ganjing
Sebab wong penting dulur sih doyan maling

***orek orek tanpo kwitansi
Suap menyuap butuh strategi
Go njagani dulur yen diadili
Kari ngomong pak hakim ora ono bukti

**Maling maling dulur angel nyekele
Wong sing nyekel dulur kancane pak'e
Di amplopi ewuh atine
Timbang bingung dulur tampani wae

*Maling maling dulur lewat rekening
Luwih aman rekening pona'an
Sepisan nyikat nganti milyatan
Sopo nuntut dulur di bayar pisan
he....he......

****Kasus kasus ora di lanjut
Setor udut kasus di cabut
Sekenario sing mesti cuman basa basi
Cukup kedep pak hakim ngerti do ngerti

***Orek orek tulisan kain
Demonstrasi sing keno duding
koco pecah jare anarki
Nanging sing korup dulur manusiawi

**Orek orek dulur noto negoro
Penyakite tambahlah roto
Opo mandi sumpae kromo ludiro
Uluh jowo bakale nelen samodro

*Orek orek dulur dudu pitutur
Mung catetan dulur sing rodo nyingkur
Orek orek soko dalang poer
Cukup semene dulur aku tak ngluyur

Ndelok demo.....

download lagu orek orek dhalang poer klik disini

Selasa, 28 Juni 2011

KUDU MISUH

*Dhalang Poer*

*Cobo tok gagasen lelakonku iki
Ra ono senenge susah sing tak temoni
Ngolah ngalih gawean kabeh ra nate ngunduh
Dino dino isine mung kudu misuh
Embuh............

*Nyobo nggarap sawah tinggalane wong tuaku
Gumunku saben tandur rego ra luwih duwur
Bareng tibo panen rego gabae mudun
Kabeh modal utangan ra biso kesaur
Ajur.............

*sawah tak dol murah aku nyicil angkudes
Lagi nyopir seminggu rego bensine ngente's
Tarip tak undake penumpang grundel ae kerep telat oli rusak ring sak mapale
o........kere.......

*Motor ngangkrak nang bengkel ra iso ogel ogel
Rasane uripku mung kari tengel tengel
Nyepi nang kuburan golek tembusan togel
Nomor ngeblong terus aku tambah dedel duwel
O........gathel......

*Kabeh dalan wis buntu aku nekad mbandar dadu
Durung ono sing udu keamanan wis njalok sangu
Ono oknum tentara ono oknum polisi
Buka'an wingi wingi wis kerep tak amplopi
Bareng ra nyangoni aku di seret nang bui
Diganjar telung sasi
Misuh sak jroning ati
Dancuk........

ini lagu gokil abis.....bener-bener inilah cirikas jawa timuran,lugas,tegas, dan apa adanya.....
Mau download lagu kudu misuh Dhalang Poer,ketik dhalang poer atau kudu misuh di kotak search......
klik disini

Senin, 27 Juni 2011

riwayat monumen suryo

Image and video hosting by TinyPic

Monumen soeryo di bangun untuk mengenang Peristiwa Pembunuhan Gubernur Pertama jawa timur yang di bunuh oleh tentara merah PKI beserta Kombes Pol M. Doeryat dan Kompol Tk I Soeroto.monumen Soeryo terletak di km 19 jalan
raya Solo Ngawi.
*Kronologis kejadian:
Gubernur Soeryo setelah selesai mengikuti rapat di Yogyakarta, dalam perjalanan pulang ke Jawa Timur.
1. KRMA Soeryo diberi tahu oleh masyarakat Sragen di Sidolaju agar beliau menunda perjalanan karena ada penghadangan tentara merah PKI
2. Di dukuh Bigo beliau dihadang oleh tentara merah PKI dan dari arah timur datang rombongan Kombes M. Daryat dan Kompol Tk I Soeroto ditawan oleh tentara merah PKI
3. Kendaraan Gubernur Soeryo dibakar di sebelah utara jalan raya lebih kurang 100m dari jalan raya
4. Beliau bertiga dibawa tentara dengan tangan diikat dibelakang dan mata ditutup serta disiksa dalam perjalanan
5. Akhirnya beliau bertiga dibunuh di kali katak di wilayah hutan RPL Kricak BKPH Sonde atau diwilayah dusun Sonde Desa Bangunrejohar Kecamatan Pitu. Jenazah beliau bertiga diketemukan kurang lebih 2 minggu setelah kejadian.
Pada monumen juga terdapat kronologis peristiwa seperti tertulis pada tugu tetapi berbentuk gambar reliaef yang terletak dibawah patung dan mengitari monumen.
Monumen diresmikan oleh May Jend TNI AD Witarmin Pangdam VIII Brawijaya pada oktober 1975.
Di sekitar monumen bisa kita temui galeri seni bonggol jati dan penjual makanan,minuman serta pasar burung.seni bonggol jati berupa ukiran dengan bahan dasar bonggol jati yang di ukir menjadi meja dan hiasan lainya.sedang minuman yang umum terdapat di sekitar monumen adalah es kelapa muda.

Rabu, 22 Juni 2011

tempat tempat sejarah di ngawi

Selain penemuan benda-benda bersejarah di wilayah sekitar Ngawi juga terdapat tempat-tempat sejarah yang cukup terkenal yaitu Jagaraga, Alas Ketangga dan Tawun. Dalam penelitian diperkirakan ketiga tempat tersebut berhubungan dengan daerah di sekitar Ngawi.
1. Sejarah Negara Jagaraga.
Negara Jagaraga adalah suatu daerah yang terletak dilereng Gunung Lawu dan disebelah selatan pegunungan Kendeng. Jagaraga berasal dari kata (jaga=waspada,raga=tubuh). Di dalam buku Valentijn menyebutkan daeah Jagaraga (het landschap Jagaraga) dengan kotanya bernama (de staad Jagaraga), terletak di daerah antara gunung lawu dan Kali Semanggi (sekarang bernama bengawan Solo), sedangkan Dr. NJ.Krom menyebutkan letak Jagaraga di daerah Madiun. Nama Jagaraga tersebut dalam prasasti tembaga Waringin Pitu yang diketemukan diDesa Suradakan (Kabupaten Trenggalek) sekitar tahun1369 Saka (1474 M). Serta buku Pararaton (terbit tahun1613 m).3 Tulang tengkorak dan tulang paha 4.Kelompok pepohonan 5.Tulisan NGAWI.6.7. Padi dan Kapas.8. Perisai 6 Prasasti tembaga Waringin Pitu dikeluarkan oleh Raja Widjayaparakramawardhana (Dyah Kerta Wijaya) pada tahun 1369 Saka atau tepatnya 22 November 1474 m.Prasasti ini menyebutkan tentang penguasa di Jagaraga(paduka Bhattara ring Jagaraga) bernama Wijayandudewi sebagai nama penobatan (nama raja bhiseka) atau Wijayaduhita sebagai nama kecil (Garbhapra Sutinama),seorang puteri yang mengaku keturunan Raden Wijaya.(Kertarajasa Jayawardhana) pendiri Kerajaan Majapahit,Prasasti ini juga memuji raja puteri (ratu) Jagaraga dengan deretan kalimat (ansekerta) yang indah dan menurut terjemahan Mr.Moh.Yamin adalah sebagai berikut: Perintah Sang Parbu diiringi pula oleh Seri Paduka Batara Jagaraga Nan bertingkah laku lemah lembut gemulai danutama sesuai dengan kesetiaan kepada suaminya.Nan dibersihkan kesadaran yang utama dan tidak bercacat, yang kaki tangannya dihiasi perhiasan utama, yaitu tingkah laku penuh kebajikan.- Nan berhati sanubari sesuai dengan kenang kenangan yang tidak putus-putusnya kepada suami.
2. Sejarah Negara Matahun.
Oleh para Sarjana wialayah di sebelah Barat Jagaraga diseberang bengawan Sala di perkirakan wilayah kekuasaan Negara Matahun , ini meliputi daerah atau Desa Tawunyang saat sekarang ini di wilayah Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi yang terkenal dengan sendang bulusnya.Menurut prasasti Waringin Pitu, Raja Matahun bernama Dyah Samara Wijaya yang bergelar Wijayaparakrama, tetapi menurut Prasasti Kusmala (batu tilis dari Kandangan, PareKediri) berangkat tahun 1272 Saka atau 1350 M, yang menjadi Raja Matahun adalah Paduka Bhatara Matahun) adalah Sriwijayarajasa nantawikrama tunggadewa, yangdikatakan telah berhasil membuat sebuah tanggul kokoh kuat dan indah (Rawuhan atita durgga mahalip), sehingga menyebabkan kegembiraan semua penduduk.
3. Alas Ketangga.
Sebagian masyarakat, Alas Ketangga dikaitkan dengan Jangka Jayabaya. Oleh Dr. J.Brandes dalam karangannya yang berjudul Lets Over een ouderen Dipanagara in verband met eenprototype van de voor spellingen van Jayabaya. Dalam karangannya menyebutkan bahwa sebuah naskah Jawa dimulai dengan kalimat yang berbunyi Punika serat jangka, cariosipun prabu Jayabaya ing Moneng, nalika katamuan raja pandita saking Erum,nama Maolana Ngali Samsujen. (Ini kitab ramalan , cerita Raja Jayabaya di Momenang pada waktu menerima tamu raja pendeta dari Erun, bernama Maolana Ngali Samsujen).Setelah itu disinggung nama kitab Musarar (Kitab Hasrar :boek dergeheimenissen), yang berisi lamaran di seluruh dunia (jangkaning jagad sedaya); dan diteruskan dengan menyebut nama beberapa orang raja dan keraton dan juga beberapa ramalan apabila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia anatara lain sebagai berikut : Ada yang bernama Raden Amisan, menobatkan Ratu Adil, dari tanah Arab, menguasai seluruh dunia, Raden Amisan bernama Sultan Erucakra, waktu itu berhentilah kekacauan Negara.

Selasa, 21 Juni 2011

sani dan budaya ngawi (part:4)

*Tari Penthul Melikan*.
Tari ini berasal dari Desa Melikan Tempuran Kecamatan Paron, dimaksudkan untuk menghibur masyarakat Desa pada upacara hari-hari besar. Sebagai rasa syukur dan ungkapan gembira masyarakat desa yang telah berhasil membangun sebuah jembatan, masyarakat sepakat untuk membuat suatu tontonan/hiburan yang menarik dan lucu.Sesuai dengan keadaan masyarakat pada waktu itu yang serba mistik, mempunyai keyakinan dan kepercayaan tentang kemampuan indra keenam yang memungkinkan seseorang berkomunikasi dengan masa lampau. Adapun pencipta Tari Penthul Melikan adalah ;
1. Kyai Munajahum
seseorang guru Torikhoh akmaliyah(aliran kebatinan Islam).
2. Hardjodinomo
seorang guru Torikhoh akmaliyah,sekaligus mempunyai kedudukan sebagai Pamong Desa (kamituwa), pejuang kemerdekaan RI, berpendidikan Pondok pesantren dan mempunyai keahlian sebagai tukang pijat.
3. Syahid
seorang tokoh masyarakat berpendidikan HIS.
4. Yanudi
seorang goro Torikhoh akmaliyah, tidak bersekolah dan sebagai pejuang kemerdekaan RI.
-Bentuk Kesenian.
Bentuk tarian yang berfungsi sebagai media hiburandan media pendidikan. Para pemain mengenakan topeng terbuat dari kayu, melambangkan watak manusia yang berbeda-beda tetapi bersatu dalam kerja. Diiringi dengan gending jawa yang sedikit mendapat pengaruh reog ponorogo. Gerak tarian diarahkan sebagai lambang menyembah kepadaTuhan Yang Maha Esa, dan mengajak manusia untuk hidup bersatu demi terwujudnya suasana aman dan damai.
- Gerak Kesenian
Gerak tarian berbentuk barisan setengah lingkar dan setiap gerakan mengandung makna:
Tangan mengacungkan telunjuk keatas artinya itu Esa dan matahari itu satu. Matahari adalah ciptaan Tuhan yang sangat bernilai bagi kehidupan manusia.
Dua tangan mengadah ke depan, artinya ajakan untuk maju dalam menyembah kepada Tuhan dan maju dalam bekerja.

Tangan mengacungkan jari telunjuk diatas kepala dengan gerakan melingkar artinya ; jagad raya,matahari rembulan itu berbentuk bulat, suatu bentuk yang sempurna.
Tangan dirangkai artinya hidup bermasyarakat harus bersatu dan saling talang menolong.
Dua tangan mengembang di depan hidung artinya kegunaan dan peran dari pernafasan dalam torikhoh akmaliyah adalah cukup penting.
Telunjuk menunjuk kedepan artinya piwulang tersebut merupakan piwulang yang baik untuk mengalahkan nafsu angkara murka.
Dua tangan yang mengembang diatas kepala artinya kegembiraan berhasil mencapaitujuan.

seni dan budaya ngawi (part:3)

* Tari Orek-orek*
Tari ini sebenarnya berasal dari daerah Jawa Tengah yang kemudian di kembangkan di Kabuapten Ngawi.
- Bentuk Kesenian ;
Merupakan tarian dengan gerak dinamis dengan pemain terdiri dari pria, wanita berpasangan. Menggambarkan muda mudi masyarakat desa yang sehabis kerja berat gotong royong, melakukan tarian gembira ria untuk melepaskan lelah.
-Gerak kesenian ;
Dapat dilakukan oleh sepasang muda-mudi atau beberapa pasang secara masal. Tatarias dan kostum meriah dan menarik sehingga menggambarkan keadaan muda-mudi desa yang tangkas dan dinamis

seni dan budaya ngawi (part:2)

*Upacara Adat Tawun*
Dilaksanakan di Desa Tawun Kecamatan Padas, yang terkenal dengan Sendang ( kolam alam ) keramat.Dilaksanakan tiap tahun sekali ,hari selasa kliwon setelah panen, sehabis gugurnya daun jati.
a. Latar Belakang
Sekitar abad 15, seorang pengembara bernama KiAgeng Tawun menemukan sendang, yang olehmasyarakat setempat disebut Sendang Tawun. Disekitar sendang itu Ki Ageng Tawun beserta keluarganya hidup tentram dan menggunakan sendang tersebut untuk hidup sehari- hari ( mandi, masak, dan pertanian )Ki Ageng mempunyai 2 putera Raden Lodojoyo dan Raden Hascaryo, yang masing- masing mempunyai perjalanan sebagai berikut:
* RADEN LODROJOYO
Mempunyai kegemaran berendam di sendang. Pada suatu malam, malam Jum'at Legi, sekitar pukul 24.00, terdengar suara ledakan keras sehingga membangunkan warga masyarakat setempat.Raden Lodrojoyo yang sedang berendam seketika menghilang, dan sendang pun yang semula beradadi selatan, pindah ke sebelah utara.Ki Ageng dan masyarakat mengadakan pencarian Raden Lodrojoyo di dalam sendang tersebut, sampai dengan Hari Selasa Kliwon tapi tidak diketemukan.
*RADEN HASCARYO
Raden Sinorowito adalah putera Sultan Pajang yang telah datang mengabdi kepada Ki Ageng Tawun.Raden Sinorowito inilah yang kemudian yang mengajak Raden Hascaryo menghadap dan mengabdi kepada Sultan Pajang. Pada waktu terjadi peperangan antara Pajang- Blambangan, Raden Hascaryo diangkat sebagai Senopati Pajang. Oleh Ki Ageng Tawun, Raden Hascaryo diberi Cinde pusaka dan karena pusaka inilah maka puteranya memperoleh kemenangan. Pada saat Raden Hascaryo berperang melawan Blambangan, Ki Ageng sakit keras dan akhirnya wafat, dimakamkan disekitar sendang. Sampai sekarang makam tersebut masih terpelihara
b. Bentuk Upacara
Merupakan upacara bersih Desa, dengan membersihkan Sendang Tawun dari berbagai macam kotoran, Lumpur dan sampah sehingga air menjadi bening kembali.Dipimpin oleh dua juru selam yang berpakaian sepasang penganten, yang didahului penyajian sesaji mengucapkan doa. Upacara adat ini terdiri dari serangkaian berbagai kegiatan diiringi gending- gending Jawa (Karawitan). Bukan saja untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa, sekaligus mengenang masa kehidupan dan peranan Ki Ageng Tawun beserta keluarganya.
c. Perwujudan upacara adat.
1. Sesaji yang disejiakan terdiri dari 30 macam, termasuk 12 ekor panggang kambing, yang sebelum disembelih dimandikan dulu di sendang 3 kali.
2. Juru selam dengan pakaian kebesarannya melakukanpenyelaman sambil membersihkan sendang, diikuti oleh penduduk yang lain (tanpa menyelam) dan dilanjutkan dengan kegiatan lainnya seperti ;Ã. Sekelompok orang berjalan melintasi sendang dari timur ke barat dengan membawa tumpeng.
B. Perebutan tumpeng dan makan bersama.C. Penuangan air tape ke sendang sebagai penjernihair.
D. Permainan pecut (sebatang ranting kecil panjang) berpasang-pasangan sasaran lutut kebawah,sebagai ungkapan latihan perang antara prajuritdengan senopati.
E.Tarian bersama sebagai penutup upacara bersihdesa.

seni dan budaya ngawi (part:1)

*KESENIAN GAPLIK*
Kesenian Gaplik berasal dari Desa Kendung Kecamatan Kwadungan Kabupaten Ngawi, keseniaan ini mempunyai maksud dan tujuan mengusir bala (mala petaka) yang melanda desa. Nama Gaplik diambil dari nama orang yang telah menciptakan dan mengembangkan kesenian tersebut.Kesenian Gaplik dilaksanakan tiap tahun sekali, pada saat dilakukan bersih desa didesa yang bersangkutan, yaitu masa sehabis panen, didahului dengan upacara dimakam,dilanjutkan pentas kesenian Gaplik pada malam harinya, di halaman rumah Kepala Desa.
a. Latar Belakang.
Di desa kendung pernah terjadi mala petaka, penduduk banyak yang sakit dan meninggal, tanaman diserang hama,di rampok atau dicuri. Pada saat itu ada seorang penduduk yang kesurupan ( kemasukan Roh),mengatakan bahwa desa akan aman tentram bila diadakan keramaian dengan pementasan Badut dan Tandak (penari wanita) dipunden ( makam Desa kendung ).
b. Bentuk Kesenian
Merupakan pagelaran berbentuk arena terbuka, antara pemain dan penonton saling berdekatan sehingga menimbulkan komunikasi langsung dan lancar antara pemain dan penonton, berdialog sambil berdiri.
c. Gerak dan Perwujudan kesenian
Para pemain terdiri dari seorang pria dan seorang wanita sebagai peran utama, ditambah pelengkap seorang sebagai peran anak. Pertunjukan diawali dengan tandak/ penari gamyong.- Peran Pria berpakaian seperti punakawan (Gareng) dalam pewayangan, mengenakan topi serdadu(Prajurit), membawa bilah bambu sepanjang 1 meter. Tata rias wajah lucu dan menyolok. Tokoh ini selain melakukan gerak humor juga dialog sesuai dengan permasalahan yang ingin disampaikan kepada masyarakat.- Peran wanita, mengenakan kain kebaya, dengan tatarias menarik dan menawan. Melakukan dialog tentang kehidupan rumah tangga.- Peran anak sebagai pelengkap, sekaligus menyempurnakan suasana.- Pertunjukan diiringi gending- gending jawa (karawitan ) berirama dinamis.Kesenian Gaplik yang semula dimaksudkan untuk penolak bala,dalam perkembangannya dimanfaatkan sebagai saran komunikasi antara Pemerintah dan masyarakat,utamanya menyampaikan informasi pembangunan dan meningkatkan gairah berpartisipasinya masyarakat terhadap pembangunan.

ALAS KETONGGO

Alas Ketonggo, adalah hutan dengan luas 4.846 meter persegi,
yang terletak 12 Km arah selatan kabupaten Ngawi. Jawa Timur.
Menurut masyarakat Jawa, Alas Ketonggo merupakan salah satu
dari kedua alas-angker / “wingit” di tanah Jawa. Disana terdapat
kerajaan makhluk-halus, begitu menurut masyarakat. Sedangkan
satu hutan lainnya adalah, Alas-Purwa di Banyuwangi. Alas
Purwa disebut dengan “Bapak”, sedangkan Alas Ketonggo disebut
dengan “Ibu”.
Menurut catatan, di Alas-Ketonggo terdapat lebih dari sepuluh (10)
tempat pertapaan :
Mulai dari Palenggahan-Agung-Srigati, Pertapaan-Dewi-Tunjung-
Sekar,
Sendang-Derajad,
Sendang-Mintowiji,
Goa Sidodadi Bagus,
Pundhen Watu Dakon,
Pundhen Tugu Mas,
Umbul Jambe,
Punden Siti Hinggil,
Kali Tempur Sedalem,
Sendang Panguripan,
Kori Gapit,
dan Pesanggrahan Soekarno.
PALENGGAHAN AGUNG SRIGATI
Lokasi Palenggahan Agung Srigati ini di wilayah Desa Babadan,
Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, Jawa-Timur. Konon, tempat
ini dulunya adalah tempat peristirahatan Prabu Brawijaya V setelah
lari dari kerajaan Majapahit karena kerajaan diserbu oleh tentara-
tentara Demak dibawah pimpinan R.Patah dan Wali-Sanga
( Sembilan Wali penyebar agama Islam di tanah Jawa ). Dikatakan,
ditempat itulah Sang Prabu kemudian melepas semua tanda-tanda
Kebesaran-Kerajaan, yaitu jubah Beliau, Mahkota , dan semua
benda-benda Pusaka; konon, kesemuanya kemudian “raib”,
“moksa”. Dan lalu Sang Prabu melanjutkan perjalanan menuju
Gunung Lawu.
Yang merupakan petilasan Sang Prabu Brawijaya V adalah berupa
gundukan tanah yang tumbuh setiap hari dan mengeras bagaikan
membentuk batu-karang. Kini, gundhukan tanah tersebut, yang
didasari plesteran-semen ditutup keramik, dikelilingi oleh sebuah
bangunan berukuran 4X3 meter. Dinding rumah Palenggahan
Agung Srigati ini biasanya ditutupi bendera Merah-Putih panjang,
namun terkadang, penutupnya hanya berupa kain putih saja.
Didalam rumah-rumahan Palenggahan Agung ini, terdapat
berbagai benda-benda yang secara simbolik melambangkan
tanda-tanda kebesaran kerajaan Majapahit. Baik berupa mahkota
Raja, tombak-tombak pusaka, gong, dan lain-lainnya. Di dalam
ruangan ini sangat pekat aroma Dupa dan bunga-bunga, hal yang
sangat wajar kita temukan di sebuah tempat “sakral”. Dupa dan
taburan bunga-bunga ini berasal dari para pengunjung.
Pak Marji ( Juru Kunci ) menyatakan gundukan tanah tersebut
pada saat-saat tertentu tidak tumbuh menyembul, katanya saat
Indonesia mengalami suatu musibah atau peristiwa yang kurang baik, maka gundukan tanah tidak akan tumbuh. Bila gundukan
tanah tidak tumbuh, maka ini menjadi pertanda buruk bagi bangsa
dan negara, begitu katanya.
Pada saat terjadi krisis moneter 1997, tanah tersebut tidak
tumbuh, sehingga sama sekali tidak ada gundukan yang
menyembul.
Pada hari-hari tertentu, seperti Jumat Pon dan Jumat Legi, apalagi
di bulan Sura, masyarakat Jawa berbondong-bondong datang ke
Palenggahan ini. Pada saat-saat itu, warga banyak menguncarkan
“ doa” dan bertapa, memohon berkah kepada “yang Maha Kuasa”,
dari yang meminta berkah rejeki, karier, hingga perjodohan.
KISAH-KISAH MISTIS
Pak Marji menuturkan, banyak kisah mistis di Alas Ketonggo yang
berhubungan dengan situasi politik-nasional. Alkisah, menjelang
Soeharto (Presiden RI kedua) lengser pada tanggal 21 Mei 1998,
ada pohon jati yang mengering dan mati. Padahal sebelumnya,
pohon itu tumbuh seperti biasa.
Dua puluh tiga (23) hari sebelum Ibu Tien Soeharto meninggal
juga ada kejadian aneh, yaitu patahnya sebuah dahan pohon
besar di Alas-Ketonggo. Padahal saat itu tidak ada hujan tidak ada
angin.
Tanggal 20 Juli 2001, tiga hari menjelang Megawati Soekarnoputri
dilantik menjadi Presiden RI, muncul cahaya Biru dan Putih
bagaikan lentera diatas Kali Tempur Sedalem.
Cerita-cerita mistis seperti inilah yang membuat banyak orang
“ ngalab-berkah” ke Alas Ketonggo. Tidak jarang, bahkan para
pejabat-pejabat negara Republik Indonesia berkunjung ke tempat
ini mencari “orang-sakti” , atau untuk “mohon-petunjuk” kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa, begitu katanya.
Sayangnya, jalan menuju Alas Ketonggo ( khususnya menuju
Palenggahan Agung Srigati ) ini sangat tidak terawat. Yang ada
hanya jalan berbatu (tanpa aspal) yang bergelombang, sempit.
Mungkin sebaiknya pemerintah memperhatikan perbaikan jalan
tersebut, supaya orang-orang yang ingin “nglakoni” atau bertapa
ke Alas Ketonggo bisa menempuh perjalanan dengan nikmat.

Senin, 20 Juni 2011

JOKO BUDUK "(cerita rakyat dari ngawi)"

Alkisah, di daerah Ngawi, Jawa Timur, tersebutlah seorang raja
bernama Prabu Aryo Seto yang bertahta di Kerajaan Ringin
Anom. Prabu Aryo Seto adalah seorang raja yang adil dan
bijaksana. Ia mempunyai seorang putri yang rupawan bernama
Putri Kemuning. Sesuai namanya, tubuh sang Putri sangat harum
bagaikan bunga kemuning.
Suatu hari, Putri Kemuning tiba-tiba terserang penyakit aneh.
Tubuhnya yang semula berbau harum, tiba-tiba mengeluarkan
bau yang tidak enak. Melihat kondisi putrinya itu, Sang Prabu
menjadi sedih karena khawatir tak seorang pun pangeran atau
pemuda yang mau menikahi putrinya itu. Berbagai upaya telah
dilakukan oleh baginda, seperti memberikan putrinya obat-obatan
tradisional berupa daun kemangi dan beluntas, namun penyakit
sang putri belum juga sembuh. Sang Prabu juga telah
mengundang seluruh tabib yang ada di negerinya, namun tak
seorang pun yang mampu menyembuhkan sang Putri.
Hati Prabu Aryo Seto semakin resah. Ia sering duduk melamun
seorang diri memikirkan nasib malang yang menimpa putri
semata wayangnya. Suatu ketika, tiba-tiba terlintas dalam
pikirannya untuk melakukan semedi dan meminta petunjuk
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar penyakit langka yang
menimpa putrinya dapat disembuhkan.
Pada saat tengah malam, Sang Prabu dengan tekad kuat dan hati
yang suci melakukan semedi di dalam sebuah ruang tertutup di
dalam istana. Pada saat baginda larut dalam semedi, tiba-tiba
terdengar suara bisikan yang sangat jelas di telinganya.
“Dengarlah, wahai Prabu Aryo Seto! Satu-satunya obat yang dapat
menyembuhkan penyakit putrimu adalah daun sirna ganda. Daun
itu hanya tumbuh di dalam gua di kaki Gunung Arga Dumadi
yang dijaga oleh seekor ular naga sakti dan selalu menyemburkan
api dari mulutnya,” demikian pesan yang disampaikan oleh suara
gaib itu.
Keesokan harinya, Prabu Aryo Seto segera mengumpulkan
seluruh rakyatnya di alun-alun untuk mengadakan sayembara.
“Wahai, seluruh rakyatku! Kalian semua tentu sudah mengetahui
perihal penyakit putriku. Setelah semalam bersemedi, aku
mendapatkan petunjuk bahwa putriku dapat disembuhkan dengan
daun sirna ganda yang tumbuh di gua di kaki Gunung Arga
Dumadi. Barang siapa yang dapat mempersembahkan daun itu
untuk putriku, jika ia laki-laki akan kunikahkan dengan putriku.
Namun, jika ia perempuan, ia akan kuangkat menjadi anakku,”
ujar Sang Prabu di depan rakyatnya.
Mendengar pengumuman itu, seluruh rakyat Kerajaan Ringin
Anom menjadi gempar. Berita tentang sayembara itu pun
tersebar hingga ke seluruh pelosok negeri. Banyak warga yang
tidak berani mengikuti sayembara tersebut karena mereka semua
tahu bahwa gua itu dijaga oleh seekor naga yang sakti dan sangat
ganas. Bahkan, sudah banyak warga yang menjadi korban
keganasan naga itu. Meski demikian, banyak pula warga yang
memberanikan diri untuk mengikuti sayembara tersebut karena
tergiur oleh hadiah yang dijanjikan oleh Sang Prabu. Setiap orang
pasti akan senang jika menjadi menantu atau pun anak angkat
raja.
Salah seorang pemuda yang ingin sekali mengikuti sayembara
tersebut adalah Jaka Budug. Jaka Budug adalah pemuda miskin
yang tinggal di sebuah gubuk reyot bersama ibunya di sebuah
desa terpencil di dalam wilayah Kerajaan Ringin Anom. Ia
dipanggil “Jaka Budug” karena mempunyai penyakit langka, yaitu
seluruh tubuhnya dipenuhi oleh penyakit budug. Penyakit aneh itu
sudah dideritanya sejak masih kecil. Meski demikian, Jaka Budug
adalah seorang pemuda yang sakti. Ia sangat mahir dan gesit
memainkan keris pusaka yang diwarisi dari almarhum ayahnya.
Dengan kesaktiannya itu, ia ingin sekali menolong sang Putri.
Namun, ia merasa malu dengan keadaan dirinya.
Sementara itu, para peserta sayembara telah berkumpul di kaki
Gunung Arga Dumadi untuk menguji kesaktian mereka. Sejak hari
pertama hingga hari keenam sayembara itu dilangsungkan, belum
satu pun peserta yang mampu mengalahkan naga sakti itu. Jaka
Budug pun semakin gelisah mendengar kabar itu.
Pada hari ketujuh, Jaka Budug dengan tekadnya yang kuat
memberanikan diri datang menghadap kepada Sang Prabu. Di
hadapan Prabu Aryo Seto, ia memohon izin untuk ikut dalam
sayembara itu.
“Ampun, Baginda! Izinkan hamba untuk mengikuti sayembara ini
untuk meringankan beban Sang Putri,” pinta Jaka Budug.
Prabu Aryo Seto tidak menjawab. Ia terdiam sejenak sambil
memperhatikan Jaka Budug yang tubuhnya dipenuhi bintik-bintik
merah.
“Siapa kamu hai, anak muda? Dengan apa kamu bisa
mengalahkan naga sakti itu?” tanya Sang Prabu.
“Hamba Jaka Budug, Baginda. Hamba akan mengalahkan naga itu
dengan keris pusaka hamba ini,” jawab Jaka Budug seraya
menunjukkan keris pusakanya kepada Sang Prabu.
Pada mulanya, Prabu Aryo Seto ragu-ragu dengan kemampuan
Jaka Budug. Namun, setelah Jaka Budug menunjukkan keris
pusakanya dan tekad yang kuat, akhirnya Sang Prabu
menyetujuinya.
“Baiklah, Jaka Budug! Karena tekadmu yang kuat, maka
keinginanmu kuterima. Semoga kamu berhasil!” ucap Sang Prabu.
Jaka Budug pun berangkat ke Gunung Arga Dumadi dengan tekad
membara. Ia harus mengalahkan naga itu dan membawa pulang
daun sirna ganda. Setelah berjalan cukup jauh, sampailah ia di kaki
gunung Arga Dumadi. Dari kejauhan, ia melihat semburan-
semburan api yang keluar dari mulut naga sakti penghuni gua. Ia
sudah tidak sabar ingin membinasakan naga itu dengan keris
pusakanya.
Jaka Budug melangkah perlahan mendekati naga itu dengan
sangat hati-hati. Begitu ia mendekat, tiba-tiba naga itu
menyerangnya dengan semburan api. Jaka Budug pun segera
melompat mundur untuk menghindari serangan itu. Naga itu
terus bertubi-tubi menyerang sehingga Jaka Budug terlihat sedikit
kewalahan. Lama-kelamaan, kesabaran Jaka Budug pun habis.
Ketika naga itu lengah, Jaka Budug segera menghujamkan
kerisnya ke perut naga itu. Darah segar pun memancar dari tubuh
naga itu dan mengenai tangan Jaka Budug. Sungguh ajaib, tangan
Jaka Budug yang terkena darah sang naga itu seketika menjadi
halus dan bersih dari penyakit budug.
Melihat keajaiban itu, Jaka Budug semakin bersemangat ingin
membinasakan naga itu. Dengan gesitnya, ia kembali menusukkan
kerisnya ke leher naga itu hingga darah memancar dengan
derasnya. Naga sakti itu pun tewas seketika. Jaka Budug segera
mengambil darah naga itu lalu mengusapkan ke seluruh badannya
yang terkena penyakit budug. Seketika itu pula seluruh badannya
menjadi bersih dan halus. Tak sedikit pun bintik-bintik merah yang
tersisa. Kini, Jaka Budug berubah menjadi pemuda yang sangat
tampan.
Setelah memetik beberapa lembar daun sirna ganda di dalam gua,
Jaka Budug segera pulang ke istana dengan perasaan gembira.
Setibanya di istana, Prabu Aryo Seto tercengang ketika melihat
Jaka Budug yang kini kulitnya menjadi bersih dan wajahnya
berseri-seri. Sang Prabu hampir tidak percaya jika pemuda di
hadapannya itu Jaka Budug. Namun, setelah Jaka Budug
menceritakan semua peristiwa yang dialaminya di kaki Gunung
Arga Dumadi, barulah Sang Prabu percaya dan terkagum-kagum.
Jaka Budug kemudian mempersembahkan daun sirna ganda yang
diperolehnya kepada Sang Prabu. Sungguh ajaib, Putri Kemuning
kembali sehat setelah memakan daun sirna ganda itu. Kini, tubuh
Sang Putri kembali berbau harum bagaikan bunga kemuning.
Prabu Aryo Seto pun menetapkan Jaka Budug sebagai pemenang
sayembara tersebut. Sesuai dengan janjinya, Sang Prabu segera
menikahkan Jaka Budug dengan putrinya, Putri Kemuning. Selang
berapa lama setelah mereka menikah, Prabu Aryo Seto meninggal
dunia. Setelah itu, Jaka Budug pun dinobatkan menjadi pewaris
tahta Kerajaan Ringin Anom. Jaka Budug dan Putri Kemuning pun
hidup berbahagia.
* * *
Demikian cerita legenda Jaka Budug dan Putri Kemuning dari
daerah Ngawi, Jawa Timur. Pelajaran yang dapat dipetik dari cerita
di atas di antaranya adalah keutamaan sifat pemberani dan pandai
menepati janji. Sifat pemberani ditunjukkan oleh Jaka Budug yang
tidak gentar melawan naga sakti. Berkat keberaniannya, ia berhasil
mengalahkan naga itu dan mengambil daun sirna ganda untuk
mengobati penyakit Sang Putri. Dikatakan dalam Tunjuk Ajar
Melayu:
wahai ananda banyakkan amal,
berani dengan gunakan akal
berbuat baik menari bekal
supaya mati tidak menyesal
Sementara itu, sifat pandai menepati janji terlihat pada sikap Prabu
Aryo Seto yang menikahkan Jaka Budug dengan Putri Kemuning

Minggu, 19 Juni 2011

PERKEBUNAN TEH JAMUS

Bila Bogor memiliki kawasan puncak(gunung Gede) yang begitu
melegenda,panorama alam yang tak kalah bagus sebenarnya juga
disuguhkan Kabupaten Ngawi.Ya daerah perbatasan ini boleh
berbangga bisa menyodorkan perkebunan teh Jamus di Desa
Girikerto,Kecamatan Sine sebagai wisata puncak.
Disokong udara sejuh dan hamparan kebun teh yang tampak
hijau,tak salah bila masyarakat lokal menjuluki"Puncak Ngawi".
Eksotika alam itu bisa dinikmati saat pagi menjelang. Bila cuaca
cerah,sinar matahari yang masih menguning diufuk timur tampak
begitu jelas.Namun,bila cuaca tak bersahabat,kabut akan
menghalangi pandangan pengunjung yang akan menikmati
hamparan luas kebun teh dan pemukiman warga.”Enaknya bisa
melihat daerah-daerah yang berada di bawah.Seperti Kota Ngawi
kelihatan sangat jelas sekali.Meski terkadang terhalang kabut, Tak
hanya berhawa dingin,kultur masyarakat yang masih konvesional
seolah menambah kesan nature.Berbeda halnya dengan
peradaban masyarakat yang ditunjukan di sejumlah objek
wisata.Lebih mengedepankan keuntungan, ketimbang kepuasan
pengunjung.dengan kultur masyarakatnya yang sopan, menariknya tak mengenal imbalan
atau pamrih saat pengunjung bertanya banyak seputar wisata Jamus.Itu
yang menjadi salah satu keunggulan di obyek wisata Jamus.
Tak hanya itu, berkunjung ke Jamus bisa melihat aktivitas
sejumlah warga saat memetik teh. Biasanya rutinitas warga itu
dilakukan pagi hari. Mereka bergerombol di lokasi perkebunan
yang layak untuk dipetik.Perlengkapannya pun juga terbilang
sederhana.Hanya semacam pisau yang cara penggunaanya dijepit
dengan jari.Kelihatannya mudah.Tapi bila dipraktikan ternyata cukup sulit.
Bagi yang suka tantangan,flying fox dengan panjang 150 meter
perlu dicoba.Tak perlu merogoh kocek terlalu mahal
tentunya,hanya dengan beberapa lembar uang ribuan sudah bisa
menjajal permainan penguji andrenalin tersebut.Disamping juga
pemandian khusus anak-anak.”Tak hanya untuk remaja
saja,Jamus juga sangat cocok untuk liburan keluarga.Apalagi juga
banyak permainan untuk anak-anaknya.


klik disini

PENINGGALAN ZAMAN KUNO BELANDA

Peninggalan Belanda yang terkenal di Kabupaten Ngawi berupa sebuah benteng Van de Bosch terletak di dalam Kota di pojok timur laut, disudut pertemuan antara Bengawan Solo dengan Bengawan Madiun.Dibangun pada tahun 1839 – 1845 M, oleh Pemerintah Hindia Belanda. Pada waktu itu Ngawi mempunyai kedudukan sangat penting di bidang transportasi yaitu sebagai urat nadi lalu lintas antara Madiun – Rembang, Surakarta – Madiun – Gersik dan Surabaya. Untuk mempertahankan kedudukan Strategis dan fungsi Ngawi. Pemerintah Hindia Belanda membangun sebuah benteng pertahanan yang kemudian di sebut Benteng Van DenBosch, oleh masyarakat Ngawi disebut Benteng Pendem,karena seolah olah nampak terpendam dikelilingi oleh parit yanglebar dan dalam yang dialiri oleh air dari sungai.Benteng Van De Bosch Peninggalan Pemerintah Hindia Belanda di Bangun pada tahun (1839-1845).Peninggalan Belanda yang tidak kalah pentingnya adalah jembatan Dungus yang pernah dihancurkan Belanda untuk menghambat masuknya tentara Jepang di Ngawi.

Sabtu, 18 Juni 2011

jajanan khas ngawi

Makanan Khas Asli kota Ngawi Adalah Tepo Tahu (Pertama kali di buat oleh Bp Palio), kemudian Wedang Cemue. karena
rasanya yang enak banyak tempat lain mengklaim cemue berasal dari daerahnya, tapi Cemue adalah benar benar Asli
kota Ngawi, Sate ayam Ngawi juga mempunyai rasa yang berbeda dengan sate ayam daerah lain. Selain itu makanan
ringan semacam Kripik tempe, ledre, dan Geti banyak terdapat di Ngawi, Nasi pecel Ngawi juga memiliki rasa yang khas berbeda dengan nasi pecel di kota lain.
Bila anda ada waktu, di sebelah selatan Puskesmas Bringin,Kecamatan Bringin ada ayam panggang Ndeso, di warung
Pring Kuning. Ayam panggang memiliki aroma yang khas,dihidangkan dengan lalapan dan sambel korek yang mantab
padasnya. Sambal korek adalah sambal dengan bahan dasar cabe, bawang putih dan sedikit bumbu rahasia. Di malam
hari, bila anda menginap di Ngawi, jalan-jalanlah kearah alun-alun Ngawi, berbagai hidangan khas kaki lima tersaji
disana. Saat ini di Ngawi juga memiliki berbagai franchise penjual makanann, diantaranya : bakso kepala sapi, bakso
kutho cak to Malang, bebek goreng H. Slamet Kartasura,soto Lamongan Cak Hasan dan beberapa steak dan resto di
jalan Ronggowarsito Satu lagi makanan yang menjadi favorit di Ngawi adalah Tempe Kripik. Biasa banyak ditemukan di
warung makan, restauran, warung rokok dll. Kripik Tempe Mbah Wo yang bertempat di jl raya Ngawi-Caruban
bersebelahan dengan lokasi pasar hewan (pasar legi),rasanya khas renyah gurih sedap dan bentuk kripiknya tipis. Dari segi harga relatif sangat terjangkau sekali, satu plastik isi 10 kripik ukuran P: 9 cm L: 5 cm per bungkus harga Rp.1.500,-

peninggalan zaman kebudayaan hindu

Peninggalan zaman kebudayaan Jawa Hindu.Yaitu jaman kebudayaan Jawa Hindu ketika bangsa Indonesia sudah mengenal tulisan sampai dengan runtuhnya kerajaan Majapahit.Seperti peninggalan Candi dan Arca Batu diantaranya :
1. Arca Ganesa di dukuh Pendem Desa Pucangan Kecamatan Ngrambe.
2. Arca Nandi di tengah halaman SMP Ngrambe, Nandi adalah wahana dewa Siwa, Wahana (bahasa Sansekerta) artinya kendaraan (rinding animal).Koleksi Arca Nandi (wahana =kendaraan) Dewa Siwa.
3. Pragmen-pragmen Percandian di desa Tulakan Kecamatan Sine, yang berupa batu Gilang.Batu Gilang di Desa Ploso Kecamatan Kendal.
4. Peninggalan Prasasti Batu dan Tembaga;a. Prasasti Canggu (terbuat dari tembaga). Merupakan Peninggalan jaman Majapahit pada tahun Saka 1280 (1358 M) yaitu pada jaman Pemerintahan Hayam Wuruk (Sri Rajasanagara) Dalam Prasasti ini menyebutkan nama Ngawi sebagai desa penambangan atau penyeberangan (naditira pradesa) ataupun sebagai daerah Swatantra. Prasasti Canggu berupa lempengan tembaga berbentuk empat persegi panjang berukuran panjang 36,5 cm, lebar 10,4 cm.Prasati ini seluruhnya berjumlah 11 lempengan tetapi baru diketemukan 5 lempengen. Pada saat ini lempengan Prasasti Cangu tersebut berada diMuseum Jakarta dengan kode E 54 C. Prasasti Batu dari Desa Sine Kecamatan Sine dalam ROD tersebut sebuah prasasti pada tahun Saka 1381(1459 M), terdapat tulisan “Ong dana pasagira Werit prami, Saka kala 1381” yang artinya “Ong dana pemberian (upeti) (Dana = pemberian) Werit prami = 20raja putri (ratu). Berdasarkan prasasti tersebut diperkirakan Abad XIV daerah Sine termasuk wilayah kekuasaan seorang raja puteri (ratu) dan atas kebaikan masyarakat di daerah ini telah mendapatkan hadiah dari ratu.
Prasasti Canggu terbuat dari tembaga(lempeng 5) tahun – 1358Mk.

PENINGGALAN ZAMAN ARKEOLOGI KLASIK

Kepurbakalaan Trinil
Kepurbakalaan Trinil terletak di Dukuh Pilang, Desa Kawu,Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi. Berjarak kurang lebih 14 Km dari Kota Ngawi kearah Barat daya pada Km 11 jalan raya jurusan Ngawi Solo terdapat pertigaan belok kekanan arah utara menelusuri jalan beraspal sepanjang 3 Km menuju Museum Trinil dan sekitarnya. Pada sudut tenggara di halaman museum berdiri monument yang didirikan oleh EUGENEDOUBIS yang menunjukkan posisi temuan Pithecanthropus I pada tahun 1891/1893.
Sejarah penelitian Palacoanthropologi di Indonesia.
Penelitian ilmiah tentang fosil manusia dikelompokkan menjadi 3 tahap :
Tahap I tahun 1889 – 1909.
Tahap II tahun 1931 – 1941
Tahap III tahun 1952 sampai sekarang.
1. Penemuan dan penelitian fosil manusia Purba tahap I dikalukan oleh Van Rietroboten dan Eugene Debois di wajak dekat campur darat Tulungagung pada tahun 1889 dan1890, manusia disebut Homo Wajakensis.Pernemuan berikutnya di daerah Trini Ngawi mulai tahun1890 – 1907 berupa gigi geraham, atap tengkorak danlainnya, milik Pithecanthropun erectus. Kemudian tahun 1907 – 1908 Nj.Selenka mengadakan penyelidikan dan penggalian diTrinil tidak menemukan fosil manusia tetapi banyak menemukan fosil hewan dan tumbuhan, sehingga berguna dalam memahami lingkungan plestosin tengah di daerah tersebut.
2. Penemuan dan Penelitian manusia Purba tahap II tahun1931-1933 oleh Ter Haar, oppenoorth dan Von Koenigswald menemukan sejumlah besar tengkorak dan tulang kering Pithecanthropus Soloensis di Ngandong. Kabupaten Blora.Selanjutnya tahun 1936 Tjokrohandojo di bawah pimpinan Dufyes menemukan Mojokertensis. Tahun 1936 – 1941dilakukan penyelidikan di daerah Sangiran Surakarta oleh Von Koenigswald, penemuannya berupa Pithecanthropus Erctus dan Meganthropus Palacojavanicus.
3. Penyelidikan Tahap III mulai tahun 1952 di daerah Sangiran menemukan Pithecanthropus Soloensis, kemudian diSambung Macan Sragen dan lainnya.
Hasil penelitian:
Tahap I disimpan di Leiden Belanda Hasil penelitian
Tahap II disimpan di Frankfurt Jerman.
Tahap III disimpan di laboratoriumPalacoantropologi Yogyakarta Indonesia.
Manusia Trinil Lokasi di Dukuh Pilang, Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar,Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Lokasi ini merupakan salah satu tempat hunian manusia masa Plestosin tengah kurang lebih 1juta tahun yang lalu, ditemukan manusia purba serta fauna dan flora.
1. Tahun 1890 Eugene Dubois menemukan gigi geraham Pithecanthropus erectus yang diberi kode Trinil I.
2. Tahun 1891 ditemukan atap tengkorak diberi kode Trinil 2 menunjukkan ciri – ciri makhluk setengah manusia setengah kera yaitu volume otaknya 900 cc. Bentuk dahi menonjoldan belakangnya dibatasi penyempitan yang menyolok,tulang kepala bagian bawah tempat pelekatan otot – otot tengkorak luas menunjukkan makhluk ini otaknya belum berkembang, gigi geraham alat kunyah besar dan kuat.
3. Tahun 1892 menemukan tulang paha kiri diberi kode Trinil 3 diduga merupakan milik perempuan dengan tinggi 168 cm.Batang tulang tulang lurus tempat pelekatan sangat nyata yang menunjukkan makhluk tersebut berdiri tegak, oleh
Eugene Dubois dinamakan Pithecanthropus erectus.Menurut Darwin merupakan “ Missing Link” atau rantai penghubung antara manusia dan binatang leluhurnya yang hilang berdasarkan teori evolusi manusia. Pendapat Eugene Dubois dalam karangannya yang pertama berjudul Java tahun 1894, Namun penelitian yang dilakukan oleh T. Yakop terhadap tulang paha menunjukkan ada persamaan dengan tulang manusia sekarang dan menyebutkan Homo Erectus.
4. Tahun 1900 ditemukan Fragmen tulang oleh Eugene Dubois diberi kode Trinil 4,5,6, dan 7.Trinil 4 adalah tulang paha kanan.Trinil 5 adalah batang tulang paha kiri tanpa ujung.Trinil 6 sama dengan Trinil 4 dan Trinil 7 adalah fragmen tulang paha kanan diduga pasangan dari Trinil 5 karena bentuk dan lebar yang sama. Dari penemuan fosil – fosil tulang paha dapat diketahui bahwa tinggi tubuh pithecanthropus erectus berkisar antara 160 cm hingga 170cm dan berat badannya sekitar 104 kg. semula Eugene Dubois mengemukakan dugaan bahwa umur manusia Trinil atau Pithecanthropus erectus hidup pada jaman Plestosin awal. Unsur tulangnya berganti dengan mineral terutama calsium fosfat dan calsium karbonat. Pada fosil terdapat unsure fluor merupakan fosil masa plestosin.Fragmen Manusia Trinil di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar. Fauna dan Flora TrinilTahun 1907 – 1908 H. Eleonare selenka melaksanakan penggalian sistematis di lokasi tempat penemuan Pithecanthropus erectus. Hasil ekskavasinya ditemukan sejumlah besar fosil hewan yang hidup dalam masa pletosin tengah. Temuan fosil hewan diteliti oleh Eugene Dubois, Martindan von Koenigswald, hasilnya dapat diketahui jenis fauna yang hidup pada masa plestosin tengah di wilayah Trinil antara lain :
Primata
1. Pithecanthopus erectus Dubois
2. Pithecanthropus Soloensis
3. Pongo Pygmaesus Hoppins.
4. Symphalangus Syndoctylus Raffles.
5. Hyaobates Ofmeloch Andebert.
6. Trachypithecus Cristatus raffles
7. Nacaca Fascicalois.
Proboscidea
1. Stegodon trigonocephalus Martin.
2. Elephos Hysudrindicus Dubois
3. Crytomastodon Marti Von Koeningwald.
Ungulata
1. Rhi

tepo tahu khas ngawi

tahu tepo merupakan makana khas kota ngawi. tahu tepo
sendiri merupakan makanan yang unnik. Banyak warung-
warung di Ngawi yang menjajakan tahu tepo. Tahu tepo
terbuat dari bahan utama beras dan tahu.Sebelum
membuat racikan tahu tepo, terlebih dahulu membuat tepo.
Lalu bagaimanakah cara membuat tahu tepo ? Ada dua
pilihan untuk membuat tepo. yang pertama dengan dikukus
dan yang kedua dengan direbus. Tepo berbahan utama
beras. Beras dicuci bersih kemudian dibungkus dengan
daun pisang. Kemudian kukus beras yang sudah dibungkus
tadi selama kira-kira selama 30-45 menit. Ini untuk cara
yang pertama sedangkan untuk cara yang kedua sebagai
berikut.
Selain dibungkus dengan daun pisang bisa juga di
masukkan kedalam plastik yang didalamnya diberi sedikit
air. Dan jika dibungkus dengan plastik maka tidak dikukus
melinkan di rebus agar air yang berada didalam plastik ikut
panas dan mendidih sehingga mempercepat menanakkan
nasi yang berada didalamnya. Dan pengukusannya pun
memekan waktu yang lebih lama sekitar 45-60 menit. Cara
pertama lebih baik dari cara yang kedua karena jika
menggunakan cara yang pertama tepo akan lebih harum
dengan aroma daun pisang.
Selanjutnya yaitu membuat racikan pelengkapnya. seperti
potongan tahu, kecap pedas manis, potongan daun seledri,
potongan kol, dan toge kecil. Tahu dan tepo dipotong kecil-
kecil sesuai selera. Tata tepo yang sudah di potong kecil-
kecil diatas piring sesuai keinginan. Diatas tepo letakkan dan
tata rapi racikan pelengkapnya sesuai keinginan. Dan
terakhir taburi daun seledri dan kecap pedas manis.
Akhirnya tepo tahu sudah siap disajikan.

Jumat, 17 Juni 2011

sejarah ngawi tempo dulu

Berdasarkan penelitian benda-benda kuno, menunjukkan bahwa di
NGAWI telah berlangsung suatu aktifitas KEAGAMAAN sejak
Pemerintahan ERLANGGA dan rupanya masih tetap bertahan
hingga masa akhir Pemerintahan Raja MAJAPAHIT. Frahmen-
frahmen Percandian menunjukkan Sifat KESIWAAN yang erat
hubungannya dengan pemujaan Gunung LAWU (GIRINDRA),
namun dalam perjalanan selanjutnya terjadi pergeseran oleh
pengaruh masuknya Agama ISLAM serta kebudayaan yang
dibawa Bangsa EROPA khususnya BELANDA yang cukup lama
menguasai pemerintahan di Indonesia, disamping itu Ngawi sejak
jaman prasejarah mempunyai peranan penting dalam LALU
LINTAS (memiliki posisi Geostrategis yang sangat penting).
Penelitian terhadap peninggalan benda-benda kuno dan dokumen
sejarah menunjukkan beberapa status Ngawi dalam perjalanan
sejarahnya :
Ngawi sebagai Daerah SWATANTRA dan NADITIRA PRADESA,
pada jaman Pemerintahan Raja Hayam Wuruk (Majapahit)
tepatnya tanggal 7 Juli 1358 Masehi, (tersebut dalam Prasasti
CANGGU yang berangka TAHUN SAKA 1280)
NGAWI sebagai Daerah NARAWITA SULTAN
YOGYAKARTA dengan Palungguh BUPATI – WEDONO
MONCONEGORO WETAN, tepatnya tanggal 10 Nopember
1828 M (tersebut dalam Surat Piagam SULTAN
HAMENGKUBUWONO V tertanggal 2 Jumadilawal 1756 AJ).
Ngawi sebagai ONDER-REGENTSCHAP yang dikepalai oleh ONDER
REGENT (Bupati Anom) RADEN NGABEHI SUMODIGDO, tepatnya
tanggal 31 Agustus 1830 M. Nama VAN DEN BOSCH berkaitan
dengan nama “BENTENG VAN DEN BOSCH” di NGAWI, yang
dibangun pada Tahun 1839 – 1845 untuk menghadapi kelanjutan
Perjuangan Perlawanan dan serangan rakyat terhadap penjajah,
diantaranya di NGAWI yang dipimpin oleh WIRONTANI, salah
satu pengikut Pangeran DIPONEGORO. Hal ini dapat diketahui
dari buku “DE
JAVA OORLOG” karangan PJF. LOUW Jilid I Tahun 1894 dengan
sebutan (menurut sebutan dari penjajah) : “Tentang
Pemberontakan WIRONTANI di Ngawi”.
Bersamaan dengan ketetapan NGAWI sebagai ONDER –
REGENTSCHAP telah ditetapkan pembentukan 8 REGENTSCHAP
atau Kabupaten dalam wilayah Ex. Karesidenan Madiun akan tetapi
hanya 2 REGENTSCHAP saja yang mampu bertahan dan berstatus
sebagai Kabupaten yaitu Kabupaten Madiun dan Kabupaten
Magetan.
Adapun Ngawi yang berstatus sebagai ONDER – REGENTSCHAP
dinaikkan menjadi REGENTSCHAP atau Kabupaten, karena
disamping letak geografisnya sangat menguntungkan juga
memiliki potensi yang cukup memadai.
Ngawi sebagai REGENTSCHAP yang dikepalai oleh REGENT atau
BUPATI RADEN ADIPATI KERTONEGORO pada tahun 1834
(Almanak Naam den GREGORIAANSCHEN STIJL, vor het jaar na de
geboorte van JEZUS CHRISTUS, 1834 halaman 31)
Dari hasil penelitian tersebut di atas, apabila HARIJADI NGAWI
ditetapkan pada saat berdirinya ONDER – REGENTSCHAP pada
tanggal 31 Agustus 1830 berarti akan memperingati berdirinya
PEMERINTAHAN PENJAJAHAN di NGAWI, dan tidak mengakui
kenyataan statusnya yang sudah ada sebelum masa Penjajahan.
Dari penelusuran 4 (empat) status Ngawi di atas, Prasasti CANGGU
yang merupakan sumber data TERTUA, digunakan sebagai
penetapan Harijadi NGAWI, yaitu pada tahun 1280 Saka atau pada
tanggal 8 hari Sabtu Legi Bulan Rajab Tahun 1280 SAKA, tepatnya
pada tanggal 7 Juli 1358 Masehi (berdasarkan perhitungan
menurut LC. DAMAIS) dengan status NGAWI sebagai Daerah
SWATANTRA dan NADITIRA PRADESA.
Sesuai dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Ngawi dalam Surat Keputusannya Nomor
188.170/34/1986 tanggal 31 Desember 1986 tentang Persetujuan
Terhadap Usulan Penetapan Hari Jadi Ngawi maka berdasarkan
Surat Keputusan BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II NGAWI
Nomor 04 Tahun 1987 tanggal 14 Januari 1987, TANGGAL 7 JULI
1358 MASEHI DITETAPKAN SEBAGAI “HARIJADI NGAWI”

sejarah kota ngawi

Nama ngawi berasal dari “awi” atau “bambu” yang selanjutnya
mendapat tambahan huruf sengau “ng” menjadi “ngawi”. Apabila
diperhatikan, di Indonesia khususnya jawa, banyak sekali nama-
nama tempat (desa) yang dikaitkan dengan flora, seperti : Ciawi,
Waringin Pitu, Pelem, Pakis, Manggis dan lain-lain.
Demikian pula halnya dengan ngawi yang berasal dari “awi”
menunjukkan suatu tempat yaitu sekitar pinggir ”Bengawan Solo”
dan ”Bengawan Madiun” yang banyak tumbuh pohon “awi”.
Tumbuhan “awi” atau “bambu” mempunyai arti yang sangat
bernilai, yaitu :
1. Dalam kehidupan sehari-hari Bambu bagi masyarakat desa
mempunyai peranan penting apalagi dalam masa pembangunan
ini.
2. Dalam Agama Budha , hutan bambu merupakan tempat suci :
- Raja Ajatasatru setelah memeluk agama Budha, ia
menghadiahkan sebuah ” hutan yang penuh dengan tumbuh-
tumbuhan bambu” kepada sang Budha Gautama.
- Candi Ngawen dan Candi Mendut yang disebut sebagai Wenu
Wana Mandira atau Candi Hutan Bambu (Temple Of The Bamboo
Grove), keduanya merupakan bangunan suci Agama Budha.
3. Pohon Bambu dalam Karya Sastra yang indah juga mampu
menimbulkan inspirasi pengandaian yang menggetarkan jiwa.
Dalam Kakawin Siwara Trikalpa karya Pujangga Majapahit ”Empu
Tanakung” disebut pada canto (Nyanyian) 6 Bait 1 dan 2, yang
apabila diterjemahkan dalam bahasa indonesia, lebih kurang
mempunyai arti sebagai berikut :
- Kemudian menjadi siang dan matahari menghalau kabut, semua
kayu-kayuan yang indah gemulai mulai terbuka, burung-burung
gembira diatas dahan saling bersaut – sautan bagaikan pertemuan
Ahli Kebatinan (Esoteric Truth) saling berdebat.
- Saling bercinta bagaikan kayu – kayuan yang sedang berbunga,
pohon bambu membuka kainnya dan tanaman Jangga saling
berpelukan serta menghisap sari bunga Rara Malayu, bergerak-
gerak mendesah, Pohon Bambu saling berciuman dangan
mesranya.
4. ”awi” atau ”bambu” dalam perjuangan kemerdekaan Republik
Indonesia mempunyai nilai sejarah, yaitu dalam bentuk ”bambu
runcing” yang menjadi salah satu senjata untuk melawan dan
mengusir penjajah yang tenyata senjata dari ”bambu” ini ditakuti
dari pihak lawan (digambarkan yang ”terkena” akan menderita
sakit cukup lama dan ngeri).
Pada masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia ini ada
juga ”bambu runcing” yang dikenal dan disebut dengan
”Geranggang Parakan”. Dengan demikian jelaslah bahwa ”ngawi”
berasal dari ”awi” atau ”bambu”, Sekaligus menunjukkan lokasi
Ngawi sebagai ”desa” di pinggir Bengawan Solo dan Bengawan
Madiun.
B. PENETAPAN HARI JADI NGAWI
Berdasarkan penelitian benda-benda kuno, menunjukkan bahwa di
Ngawi telah berlangsung suatu aktifitas keagamaan sejak
pemerintahan Airlangga dan rupanya masih tetap bertahan hingga
masa akhir Pemerintahan Raja Majapahit. Fragmen-fragmen
Percandian menunjukkan sifat kesiwaan yang erat hubungannya
dengan pemujaan Gunung Lawu (Girindra), namun dalam
perjalanan selanjutnya terjadi pergeseran oleh pengaruh
masuknya Agama Islam serta kebudayaan yang dibawa Bangsa
Eropa khususnya belanda yang cukup lama menguasai
pemerintahan di Indonesia, disamping itu Ngawi sejak jaman
prasejarah mempunyai peranan penting dalam lalu lintas (memiliki
posisi Geostrategis yang sangat penting).
Dari 44 desa penambangan yang mampu berkembang terus dan
berhasil meningkatkan statusnya menjadi Kabupaten Ngawi
sampai dengan sekarang.
Penelitian terhadap peninggalan benda-benda kuno dan dokumen
sejarah menunjukkan beberapa status Ngawi dalam perjalanan
sejarahnya :
1. Ngawi sebagai Daerah Swatantra dan Naditira pradesa, pada
jaman Pemerintahan Raja Hayam Wuruk (Majapahit) tepatnya
tanggal 7 Juli 1358 Masehi, (tersebut dalam Prasati Canggu yang
berangka Tahun Saka 1280)
2. Ngawi sebagai Daerah Narawita Sultan Yogyakarta dengan
Palungguh Bupati – Wedono Monconegoro Wetan, tepatnya
tanggal 10 Nopember 1828 M (tersebut dalam surat Piagam Sultan
Hamengkubuwono V tertanggal 2 Jumadil awal 1756 AJ).
3. Ngawi sebagai Onder-Regentschap yang dikepalai oleh Onder
Regent (Bupati Anom) Raden Ngabehi Sumodigdo, tepatnya
tertanggal 31 Agustus 1830 M.
Nama Van Den Bosch berkaitan dengan nama ”Benteng Van Den
Bosch Di Ngawi, yang dibangun pada Tahun 1839 – 1845 untuk
menghadapi kelanjutan Perjuangan Perlawanan dan serangan
rakyat terhadap penjajah, diantaranya di ngawi yang dipimpin
oleh Wirotani, salah satu pengikut Pangeran Diponegoro. Hal ini
dapat diketahui dari buku ”De Java Oorlog” karangan Pjf. Louw Jilid
I Tahun 1894 dengan sebutan (menurut sebutan dari penjajah) :
”Tentang Pemberontakan Wirotani di Ngawi”. Bersamaan dengan
ketetapan ngawi sebagai Onder – Regentschap telah ditetapkan
pembentukan 8 regentschap atau Kabupaten dalam wilayah Ex.
Karesidenan Madiun akan tetapi hanya 2 regentschap saja yang
mampu bertahan dan berstatus sebagai Kabupaten yaitu
Kabupaten Madiun dan Kabupaten Magetan. Adapun Ngawi yang
berstatus sebagai Onder – Regentschap dinaikkan menjadi
regentschap atau kabupaten, karena disamping letak geografisnya
sangat menguntungkan juga memiliki potensi ynag cukup
memadai.
4. Ngawi sebagai regentschap yang dikepalai oleh Regent Atau
Bupati Raden Adipati Kertonegoro pada tahun 1834 (Almanak
Naam Den Gregoriaanschen Stijl, Vor Het Jaar Na De Geboorte Van
Jezus Christus,1834 Halaman 31)
Dari hasil penelitian tersebut di atas, apabila hari jadi ngawi
ditetapkan pada saat berdirinya Onder – Regentschap pada tanggal
31 Agustus 1830 berarti akan memperingati berdirinya
pemerintahan penjajahan di Ngawi, dan tidak mengakui kenyataan
statusnya yang sudah ada sebelum masa penjajahan.
Dari penelusuran 4 (empat) status Ngawi di atas, Prasati Canggu
yang merupakan sumber data tertua, digunakan sebagai
penetapan hari jadi ngawi, yaitu pada tahun 1280 Saka atau pada
tanggal 8 hari Sabtu Legi Bulan Rajab Tahun 1280 Saka, tepatnya
pada tanggal 7 Juli 1358 Masehi (berdasarkan perhitungan menurut
Lc. Damais) dengan status ngawi sebagai Daerah Swatantra dan
Naditira Pradesa.
Sesuai dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Ngawi dalam Surat Keputusannya Nomor
188.170/34/1986 tanggal 31 Desember 1986 tentang Persetujuan
Terhadap Usulan Penetapan Hari Jadi Ngawi maka berdasarkan
Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Ngawi Nomor 04
Tahun 1987 tanggal 14 Januari 1987, Tanggal 7 Juli 1358 Masehi
Ditetapkan Sebagai ”Hari Jadi Ngawi”.

OBYEK WISATA KOTA NGAWI

A. Wisata Alam :
1. 1. Waduk Pondok
Keindahan alam yang masih alami menjadikan daya tarik tersendiri
sebagai obyek wisata alam . Dengan kemampuan menampung air
sampai dengan 29.000.000 meter kubik menjadikan obyek ini
seperti hamparan air yang mempesona, dengan latar belakang
hutan dan kawasan perbukitan . Aneka macam ikan tawar seperti
gurame, tombro , patin dan bandeng menjadikan hobby
memancing lebih menantang di tempat ini, dengan menyewa
perahu milik penduduk setempat , pendatang bisa diantar ke lokasi
pemancingan yang strategis .
2.Taman Rekreasi dan Pemandian Tawun
Kolam renang yang sumber mata airnya ( sendang ) berdekatan
dan adanya habitat kura – kura ( bulus ) menjajikan pesona yang
indah untuk kolam renang Tawun . Hanya berjarak 7 Km ke arah
Timur dari kota Ngawi , tempat ini bisa dijadikan alternatif wisata
alam .
B. Wana Wisata
1.Monumen Suryo
Patung Gubernur Jawa Timur I yang menjadi korban keganasan
PKI tahun 1948 menjadi ciri khas monumen ini . Terletak di jalur
Ngawi – Solo Km 19 sangat memudahkan akses ke tempat tujuan
wisata . Pasar burung , cindera mata dari bahan kayu , seni ukir
dari gembol kayu jati , menjadi daya tarik tersendiri sebagai
tempat tujuan wisata .
2.Perkebunan Teh dan Bumi Perkemahan Jamus
Terletak di lereng Gunung Lawu sebelah utara tepatnya di desa
Girikerto , Kecamatan Sine sangat mudah dijangkau dari Kota
Ngawi . Perkebunan yang hijau , taman peristirahatan , kolam
renang bagi anak – anak dan bumi perkemahan sering digunakan
pelajar , mahasiswa dan masyarakat umum untuk berbagai
kegiatan .
3. Air Terjun Srambang
Ketinggian air terjun sampai 40 m menjadikan tempat ini layak
dikunjungi sebagi tempat wisata alam di Ngawi . Kondisinya yang
masih alami dan tersedia juag bumi perkemahan dan suasana
alam yang natural sangat cocok sebagai wisata alam .
4. Bumi Perkemahan Selondo
Kegiatan Out Bond seperti rock climbing , halang rintang , bumi
perkemahan bisa diadakan di kawasan ini. Hal ini didukung
keindahan alam yang asri ada di kawasan ini , hawa sejuk , hutan
yang rindang dan tebing – tebing yang terjal . Desa Ngrayudan
Kecamatan Jogorogo berada di sebelah utara Lereng Gunung
Lawu .
C. Wisata Sejarah , Legenda dan Spiritual
1. Museum Trinil
Bisa dikatakan bahwa wisata ke tempat ini adalah wisata Ilmu
Pengetahuan , karena di museum inilah disimpan fosil manusia
kera berjalan tegak yang ditemukan Eugene Dubois , yang dikenal
dengan nama Phitecantropus Erectus . Ditemukan juga fosil
Banteng dan Gajah purba yang sangat berguna bagi penelitian dan
pendidikan khususnya dibidang sejarah purbakala . Fosil – fosil
tersebut ditemukan di daerah yang dinamakan situs Sangiran ,
yang berada di pinggir Sungai Bengawan Solo .
2. Benteng Van Den Bosch
Benteng Van Den Bosch dibangun pemerintahan Hindia Belanda
pada tahun 1839 – 1845 dengan nama Font Van Den Bosch .
Terletak di Kelurahan Pelem , Kecamatan Ngawi wisata sejarah ini
mudah dijangkau dengan alat transportasi karena letak dekat
dengan pusat kota Ngawi .
3. Kediaman Krt. Radjiman Wedyaningrat
Tokoh pendiri dan pemrakarsa Badan Pergerakan Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia / BPUPKI ini menghabiskan masa tuadi
Dusun Paldaplang Desa Kauman Kecamatan Widodaren . Di
tempat ini masih berdiri kokoh rumah peninggalan beliau .
Perabot , alat-alat rumah tangga dan benda-benda pusaka masih
tersimpan dan terawat dengan baik . Lokasi ini sering menjadi
tempat upacara peringatan hari lahirnya Pancasila setiap tanggal 1
Juni , utamanya bagi kalangan pelajar dan mahasiswa .
4. Makam PH Kertonegoro dan Patih Ronggolono
Terletak di Sarean Dusun Blimbing Sine Kecamatan Sine makam
PH Kertonegoro , dan di Desa Hargomulyo Kecamatan Ngrambe
makam dari Patih Ronggolono . Kedua tokoh tersebut adalah
Bupati dan Wakil Bupati Gendingan ( sebelum ada pembagian
Jawa Timur dan Jawa Tengah ) . Pada hari jadi Kota Ngawi makam
tersebut sering dikunjungi pejabat Kabupaten Ngawi , sehingga
tempat ini menjadi lebih menarik sebagai tempat tujuan wisata
sejarah .
5. Arca Banteng
Merupakan benda – benda purbakala peninggalan Kerajaan
Majapahit , benda ini terletak di perkampungan penduduk di
Dusun Reco Banteng Desa Wonorejo Kecamatan Kedunggalar .
Sekitar 22 Km ke arah barat kota Ngawi , lokasinya mudah
dijangkau dengan kendaraan roda dua atau roda empat .
6. Candi Pendem
Termasuk wisata sejarah , karena keberadaan Candi tersebut
adalah bukti sejarah bahwa dahulunya di tanah Jawa agama Hindu
mempunyai pengaruh yang sangat kuat . Pertama kali situs ini
ditemukan oleh Belanda pada tahun 1925 , dan sebagian besar
benda – benda purbakala ini dibawa ke Tretes Malang . Akhirnya
ini adalah sisa –sisa peninggalan yang belum terbawa Belanda .
7. Pesanggrahan Srigati
Wisat spiritual ditawarkan obyek ini , karena diyakini penduduk
setempat obyek ini adalah pusat keraton lelembut ( mahluk
halus ) . Terletak di Babadan Paron , pada bulan Suro khususnya
Jum`at legi tempat ini banyak dikunjungi peziarah untuk
melaksanakan tirakatan / semedi dan sekaligus menyaksikan
Upacara Ganti Lanse / Kelambu . Tempat ini dipercayai sebagai
petilasan Raja Brawijaya .
8.Petilasan kraton Wirotho
Konon, Wirotho merupakan kerajaan purwa di tanah Jawa, atau
masyarakat meyebutnya dengan istilah Wirotho Ghoib . Tempat
ini ditemukan oleh Wilmiyah Kusuma Pranala salah seorang
kerabat dari Keraton Mangkunegaran Surakarta . Di desa
Tanjungsari Kecamatan Jogorogo tanda petilasan ini dibangun .
Yang didalam nya disimpan lingga yoni . Keluarga Ratu Wirotho ,
Prabu Maksopati ini antara lain , Seto , Utopo , Wiratsongko , Dewi
Durgandini , Dewi Roro Manis, yang dipercaya pernah tinggal di
petilasan ini .
9. Pertapaan Jaka Tarub
Di Desa Widodaren Kecamatan Gerih , konon pengembaraan Jaka
Tarub meninggalkan misteri di tempat ini . Bangunan yang
didirikan di petilasan dianggap sebagai simbol persinggahan Jaka
Tarub , juga keberadaan sendang diyakini sebagai tempat mandi
sembilan bidadari . Adapun kebenaran legenda Jaka Tarub sendiri
masih sulit diungkapkan . Bukan mustahil pengembaraan Jaka
Tarub ke beberapa tempat selalu meninggalkan cerita .
10. Gunung Liliran
Berjarak kurang lebih 47 Km dari Kota Ngawi , di desa Ketanggung
Kecamatan Sine , obyek wisata ini bisa termasuk wisata alam dan
sipiritual . Pertama latar belakang pegunungan mempunyai daya
tarik panorama alam yang menakjubkan . Kedua fenomena sosial
yang menjadi satu agenda rutin adalah pada tanggal 1 Muharram
( 1 Suro ) banyak dikunjungi oleh oarang – orang yang
mempunyai maksud dan tujuan tertentu .
Categories Categories: : Ngawi Ngawi

lawu mountain

Gunung Lawu (3.265 m) terletak di Pulau Jawa, Indonesia,
tepatnya di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Status gunung ini adalah gunung api "istirahat" dan telah lama
tidak aktif, terlihat dari rapatnya vegetasi serta puncaknya yang
tererosi. Di lerengnya terdapat kepundan kecil yang masih
mengeluarkan uap air (fumarol) dan belerang (solfatara). Gunung
Lawu mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan
Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan hutan Ericaceous.
Gunung Lawu memiliki tiga puncak, Puncak Hargo Dalem, Hargo
Dumiling dan Hargo Dumilah. Yang terakhir ini adalah puncak
tertinggi.
Di lereng gunung ini terdapat sejumlah tempat yang populer
sebagai tujuan wisata, terutama di daerah Tawangmangu,
Cemorosewu, dan Sarangan. Agak ke bawah, di sisi barat terdapat
dua komplek percandian dari masa akhir Majapahit: Candi Sukuh
dan Candi Cetho. Di kaki gunung ini juga terletak komplek
pemakaman kerabat Praja Mangkunagaran: Astana Girilayu dan
Astana Mangadeg. Di dekat komplek ini terletak Astana Giribangun,
mausoleum untuk keluarga presiden kedua Indonesia, Suharto.
Pendakian
Tugu Hargo Dumilah, Puncak tertinggi
Gunung Lawu
Gunung Lawu sangat populer untuk kegiatan pendakian. Setiap
malam 1 Sura banyak orang berziarah dengan mendaki hingga ke
puncak. Karena populernya, di puncak gunung bahkan dapat
dijumpai pedagang makanan.
Pendakian standar dapat dimulai dari dua tempat (basecamp):
Cemorokandang di Tawangmangu, Jawa Tengah, serta
Cemorosewu, di Sarangan, Jawa Timur. Gerbang masuk
keduanya terpisah hanya 200 m.
Pendakian dari Cemorosewu melalui dua sumber mata air:
Sendang (kolam) Panguripan terletak antara Cemorosewu dan Pos
1 dan Sendang Drajat di antara Pos 4 dan Pos 5.
Pendakian melalui Cemorokandang akan melewati 5 selter dengan
jalur yang relatif telah tertata dengan baik.
Pendakian melalui cemorosewu akan melewati 5 pos. Jalur melalui
Cemorosewu lebih nge-track. Akan tetapi jika kita lewat jalur ini
kita akan sampai puncak lebih cepat daripada lewat jalur
Cemorokandang. Pendakian melalui Cemorosewu jalannya cukup
tertata dengan baik. Jalannya terbuat dari batu-batuan yang sudah
ditata.
Jalur dari pos 3 menuju pos 4 berupa tangga yang terbuat dari
batu alam. Pos ke4 baru direnovasi,jadi untuk saat ini di pos4 tidak
ada bangunan untuk berteduh. Biasanya kita tidak sadar telah
sampai di pos 4.
Di dekat pos 4 ini kita bisa melihat telaga Sarangan dari kejahuan.
Jalur dari pos 4 ke pos 5 sangat nyaman, tidak nge-track seperti
jalur yang menuju pos 4. Di pos2 terdapat watu gedhe yang kami
namai watu iris(karena seperti di iris).
Di dekat pintu masuk Cemorosewu terdapat suatu bangunan
seperti masjid yang ternyata adalah makam.Untuk mendaki
melalui Cemorosewu(bagi pemula) janganlah mendaki di siang
hari karena medannya berat untuk pemula.
Di atas puncak Hargo Dumilah terdapat satu tugu.
Misteri gunung Lawu
Gunung Lawu menyimpan misteri pada masing-masing dari tiga
puncak utamanya dan menjadi tempat yang dimitoskan sebagai
tempat sakral di Tanah Jawa. Harga Dalem diyakini sebagai tempat
pamoksan Prabu Bhrawijaya Pamungkas, Harga Dumiling diyakini
sebagai tempat pamoksan Ki Sabdopalon, dan Harga Dumilah
merupakan tempat yang penuh misteri yang sering dipergunakan
sebagai ajang menjadi kemampuan olah batin dan meditasi.
Konon gunung Lawu merupakan pusat kegiatan spiritual di Tanah
Jawa dan berhubungan erat dengan tradisi dan budaya Keraton
Yogyakarta.
Setiap orang yang hendak pergi ke puncaknya harus memahami
berbagai larangan tidak tertulis untuk tidak melakukan sesuatu,
baik bersifat perbuatan maupun perkataan. Bila pantangan itu
dilanggar di pelaku diyakini bakal bernasib naas.
Tempat-tempat lain yang diyakini misterius oleh penduduk
setempat yakni: Sendang Inten, Sendang Drajat, Sendang
Panguripan, Sumur Jalatunda, Kawah Candradimuka, Repat
Kepanasan/Cakrasurya, dan Pringgodani.

Dr.K.R.T.Rajiman Wedyodiningrat

Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat (lahir di Yogyakarta, 21
April 1879 – meninggal di Ngawi, Jawa Timur, 20 September 1952
pada umur 73 tahun) adalah seorang dokter yang juga
merupakan salah satu tokoh pendiri Republik Indonesia.
Pendidikan
Dimulai dengan model pembelajaran hanya dengan
mendengarkan pelajaran di bawah jendela kelas saat
mengantarkan putra Dr. Wahidin Soedirohoesodo ke sekolah,
kemudian atas belas kasihan guru Belanda disuruh mengikuti
pelajaran di dalam kelas sampai akhirnya di usia 20 tahun ia sudah
berhasil mendapatkan gelar dokter dan pada usia 24 tahun
mendapat gelar Master of Art. Ia juga pernah belajar di Belanda,
Perancis, Inggris dan Amerika.
Pilihan belajar ilmu kedokteran yang diambil berangkat dari
keprihatinannya ketika melihat masyarakat Ngawi saat itu dilanda
penyakit pes, begitu pula beliau secara khusus belajar ilmu
kandungan untuk menyelamatkan generasi kedepan dimana saat
itu banyak Ibu-Ibu yang meninggal karena melahirkan.
Sejak tahun 1934 ia memilih tinggal di Desa Dirgo, Kecamatan
Widodaren, Kabupaten Ngawi dan mengabdikan dirinya sebagai
dokter ahli penyakit pes, ketika banyak warga Ngawi yang
meninggal dunia karena dilanda wabah penyakit tersebut. Rumah
kediamannya yang sekarang telah menjadi situs sudah berusia 134
tahun. Begitu dekatnya Radjiman dengan Bung Karno sampai-
sampai Bung Karno pun telah bertandang dua kali ke rumah
tersebut.
Boedi Oetomo
Dr. Radjiman adalah salah satu pendiri organisasi Boedi Oetomo
dan sempat menjadi ketuanya pada tahun 1914-1915. [1]
BPUPKI
Dalam perjalanan sejarah menuju kemerdekaan Indonesia, dr.
Radjiman adalah satu-satunya orang yang terlibat secara akif
dalam kancah perjuangan berbangsa dimulai dari munculnya
Boedi Utomo sampai pembentukan BPUPKI. Manuvernya di saat
memimpin Budi Utomo yang mengusulkan pembentukan milisi
rakyat disetiap daerah di Indonesia (kesadaran memiliki tentara
rakyat) dijawab Belanda dengan kompensasi membentuk
Volksraad dan dr. Radjiman masuk di dalamnya sebagai wakil dari
Boedi Utomo.
Pada sidang BPUPKI pada 29 Mei 1945, ia mengajukan pertanyaan
“apa dasar negara Indonesia jika kelak merdeka?” Pertanyaan ini
dijawab oleh Bung Karno dengan Pancasila. Jawaban dan uraian
Bung Karno tentang Pancasila sebagai dasar negara Indonesia ini
kemudian ditulis oleh Radjiman selaku ketua BPUPKI dalam sebuah
pengantar penerbitan buku Pancasila yang pertama tahun 1948 di
Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi.
Terbongkarnya dokumen yang berada di Desa Dirgo, Kecamatan
Widodaren, Kabupaten Ngawi ini menjadi temuan baru dalam
sejarah Indonesia yang memaparkan kembali fakta bahwa
Soekarno adalah Bapak Bangsa pencetus Pancasila.
Pada tanggal 9 Agustus 1945 ia membawa Bung Karno dan Bung
Hatta ke Saigon dan Da Lat untuk menemui pimpinan tentara
Jepang untuk Asia Timur Raya terkait dengan pemboman
Hiroshima dan Nagasaki yang menyebabkan Jepang berencana
menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, yang akan menciptakan
kekosongan kekuasaan di Indonesia.
Karier selanjutnya
Di masa setelah kemerdekaan RI Radjiman pernah menjadi
anggota DPA, KNIP dan pemimpin sidang DPR pertama di saat
Indonesia kembali menjadi negara kesatuan dari RIS.

situs museum trinil

Situs Museum Trinil dalam penelitian merupakan salah satu tempathunian kehidupan purba pada zaman Pleistosen Tengah, kuranglebih 1,5 juta tahun yang lalu. Situs Trinil ini amat penting sebab disitus ini selain ditemukan data manusia purba juga menyimpanbukti konkrit tentang lingkungannya, baik flora maupun faunanya.Museum Trinil terletak di Jalan Raya Solo – Surabaya, PedukuhanPilang, Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, kurang lebih 13kilometer arah barat pusat kota Ngawi, dan untuk mencapai lokasiini dapat ditempuh dengan semua jenis kendaraan. Sayang sekalidi jalan arteri yang bisa menjadi petunjuk utama, tidak adasatupun patokan yang bisa mengarahkan kita ke Museumtersebut. Kalau bertanya sama seseorang hanya dijawab, “Pokoknya belok ke gang yang ada gapura hitamnya,”. Akhirnyasetelah bertanya selama dua kali, sampailah kami di lokasimuseum.Pintu gerbang museum yang sangat sederhana terlihat setelahmasuk ke dalam 1 km dari jalan raya utama, kemudian kamimelapor ke pos penjaga untuk membayar tiket masuk. Memangluar biasa murah kalau boleh dikatakan, bayangkan untuk melihatperadaban jutaan tahun yang lalu hanya dikenakan biaya masukseribu rupiah per orang. Ketika masuk ke lokasi parkir, kesanpertama yang timbul adalah bahwa museum ini kurang optimalperawatannya, terutama dalam hal fasilitas dan kebersihan.Masuk ke dalam museum kami mendapati ruangan yang dipenuhidengan tulang-tulang manusia purba. Diantaranya adalah : fosiltengkorak manusia purba ( Phitecantropus Erectus CraniumKarang Tengah Ngawi ), fosil tengkorak manusia purba(Pithecantropus Erectus Cranium Trinil Area), fosil tulng rahangbawah macan (Felis Tigris Mandi Bula Trinil Area), fosil gigigeraham atas gajah (Stegodon Trigonocephalus Upper Molar TrinilArea), fosil tulang paha manusia purba (Phitecantropus ErectusFemur Trinil Area), fosil tanduk kerbau (Bubalus PalaeokerabauHorn Trinil Area), fosil tanduk banteng (Bibos PalaeosondaicusHorn Trinil Area) dan fosil gading gajah purba (StegodonTrigonocephalus Ivory Trinil Area).Disamping itu masih ada beberapa fosil tengkorak :Australopithecus Afrinacus Cranium Taung Bostwana AfrikaSelatan, Homo Neanderthalensis Cranium Neander DusseldorfJerman dan Homo Sapiens Cranium. Selain fosil-fosil tengkorakyang tersebut hal yang menarik lainnya adalah, adanya sebuahtugu tempat penemuan manusia purba. Dulu tak banyak orangtahu akan makna tugu itu, bahkan kemungkinan besar bisa rusakkalau tidak dpelihara oleh seorang sukarelawan.Wirodihardjo atau wiro balung alias sapari dari kelurahan kawu adalah seorang sukarelawan yang menyadari bahwa tugu itu mempunyai makna besar dan sangat berguna bagi penelitian selanjutnya. Wajar iaberpendapat begitu, karena ia telah menyaksikan ekspedisi ataupenelitian yang dilakukan oleh ilmuwan setelah penggalian yangdilakukan E.Dubois dan Salenka. Orang asing atau mahasiswadatang silih berganti untuk melakukan ekspedisi yang tentunyadengan biaya yang mahal. Oleh karena itu, sebagai putra daerahtersebut, ia merasa ikut bertanggungjawab atas kelestarian tempatitu.Kehadiran Wirodiharjo di Trinil sangat berarti, karena beliaumenjadi tempat untuk bertanya para pengunjung tentang fosil diTrinil. Walaupun tempat tersebut terkenal sebagai daerah fosil,namun kenyataan waktu itu tidak satupun fosil yang ada di Trinil.Untuk itulah ia mengumpulkan setiap fosil yang ditemukan disungai Bengawan Solo. Selain itu Pak Wiro juga mendapat laporandari penduduk sekitar bahwa mereka menemukan fosil. Dari harike hari fosil yang dikumpulkan dari tiga desa ; sebelah barat DesaKawu, sebelah utara Desa Gemarang dan sebelah timur DesaNgancar bertambah banyak, atas tinjauan Kepala SeksiKebudayaan Depdikbud Ngawi waktu itu ( Pak Mukiyo ) iamendapat bantuan tiga buah almari untuk menyimpan fosil-fosiltersebut. Sejak saat itulah Pak Wirodiharjo terkenal dengansebutan Wiro Balung yang berarti Pak Wiro yang sukamengumpulkan balung-balung ( tulang ).Dan selanjutnya pada tahun 1980/1981 Pemerintah daerahsetempat mendirikan museum untuk menampung fosil-fosiltersebut yang diresmikan oleh Bapak Gubernur Jatim “Soelarso”pada tanggal 20 Nopember 1991. Namun sayang Wiro Balungsudah tiada sejak 1 April 1990 dan keahlian beliau diteruskan olehanaknya Mas Sujono ( 37 ) yang sekarang menjad juru kunciMuseum Trinil. Selain dari diorama yang ada, Mas Sujono jugabanyak memberikan keterangan tambahan kepada kami.Diantara tambahan keterangan Mas Sujono yang sangat pentingadalah,”Bahwasannya Trinil merupakan daerah padang savannapada masa lampau. Kenapa ? karena adanya manusia, banteng,gajah dan hewan-hewan yang lain yang tumbuh di satu area. Halini cukup menunjukkan kalau dulu daerah ini adalah savanna.Namun kemudian setelah adanya letusan Gunung Lawu yangberturut-turut hancurlah peradaban yang ada di Trinil dansekitarnya,” kata Mas Sujono dengan mimik serius. Denganmelihat Museum Trinil suatu kearifan dapat kita tarik dari berbagaitemuan para ilmuwan tentang manusia purba. Adalah suatukenyataan bahwa dibalik keanekaragaman wujud kehidupan kitadewasa ini, sesungguhnya ada kesamaan asal-usul kitaseluruhnya sebagai manusia.(AMGD)

langit mendung kuto ngawi

*Dhalang poer*

Jan.....
Tak tulis layang iki
Naliko langit kebak mendung
Gawang-gawang katon lelakon kang wis kepungkur
Naliko tak sawang netramu ing tegal papungan
Tak laras pipimu ing watu kendal
Tak geget ladimu ing sendang glagah
Ah.....
Nanging ora jeng
Jebul tresnamu cetek koyo kali kang kebak padas
Ringkih koyo kayu gapuk
Garing koyo jati aking
Aku wis ora duwe pengarep-arep maneh jeng....
***********
**Dalan iki biyen nate tak liwati
Nalikane langit mendung kuto ngawi
Sendang glagahwis ken urip jeroning ati
Saben liwat aku ora biso lali
Tak ulati isik koyo wingi uni
Ora kroso luh tumetes brebes mili
Roso ngangut yen katon pan tonpo pagut
Katresnanku rinenggo turbaning pesti
**********************

Kamis, 16 Juni 2011

kota NGAWi

Kabupaten Ngawi Provinsi Jawa Timur Bupati Ir. H.Budi Sulistyono[1]- DAU Rp. 654.720.280.000,- (2011)[2]Luas 1.245,70 km2Populasi- Total 879.193 jiwa (2010)- Kepadatan 705,78 jiwa/km2DemografiKode area telepon 0351Pembagian administratif- Kecamatan 19- Desa/kelurahan 217Situs web ngawikab.go.idKabupaten Ngawi adalah sebuah wilayah kabupaten di ProvinsiJawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Ngawi. Kotakabupaten ini terletak di bagian barat Provinsi Jawa Timur yangberbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Kata Ngawiberasal dari kata awi, bahasa sansekerta yang berarti bambu danmendapat imbuhan kata ng sehingga menjadi Ngawi. DuluNgawi banyak terdapat pohon bambu.WilayahKabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Grobogan,Kabupaten Blora (keduanya termasuk wilayah Provinsi JawaTengah), dan Kabupaten Bojonegoro di utara, Kabupaten Madiundi timur, Kabupaten Magetan dan Kabupaten Madiun di selatan,serta Kabupaten Sragen (Jawa Tengah) di barat.Kabupaten Ngawi terdiri atas 19 kecamatan yang terbagi dalamsejumlah 217 desa dan 4 kelurahan. Pusat pemerintahan diKecamatan Ngawi.Bagian utara merupakan perbukitan, bagian dari PegununganKendeng. Bagian barat daya adalah kawasan pegunungan, bagiandari sistem Gunung Lawu (3.265 meter).TransportasiKabupaten Ngawi dilintasi jalur utama Surabaya-Yogyakarta, jalurutama Cepu, Bojonegoro-Madiun dan menjadi gerbang utamaJawa Timur jalur selatan. Kabupaten ini juga dilintasi jalur keretaapi Jakarta-Yogyakarta-Bandung/Jakarta, namun tidak melewatiibukota kabupaten. Stasiun kereta api terdapat di Geneng, Paron,Kedunggalar, dan Walikukun. Disamping itu dari jalur tengah yangmenghubungkan Solo ke ngawi ada beberapa jalur jalan klas IIIyang kemudian saling berkait dari paling barat mantingan-sinengrambe, Gendingan-walikukun ngrambe jogorogo-keutaraparon terus ngawi, sedangkan jogorogo ke timur kendal terusbisa ke Magetan, jalur ini sering dipakai sbg jalur alternatif apabilajalur utama mengalami gangguan misalnya banjir, sehinggakendaraan banyak yg melintasi jalur ini. dari kota Ngawi jalurpintas ke surabaya lewat karangjati terus ke caruban / surabayaPendidikanPondok Pesantren Gontor Putri 1 dan Pondok Pesantren GontorPutri 2 dan 3 terdapat di Desa Sambirejo, Kecamatan Mantingan,Kabupaten Ngawi, yakni di dekat perbatasan dengan Jawa Tengah.SMA Negeri 1 Ngawi dan SMA Negeri 2 Ngawi adalah salah satusekolah favorit di Kabupaten Ngawi yang mempunyai segudangkegiatan / organisasi. Sekolah ini banyak menghasilkan generasipenerus Ngawi yang tanggung dan berpotensi untukmembangun kota Ngawi. Salah satu organisasi yang palingdominan di Smada Ngawi adalah Pramuka.Sekolah swasta yang cukup tua dan terkenal adalah SMP dan SMK"Panti Pamardi Siwi" yang berlokasi di Kota Kecamatan Ngrambedi kaki Gunung Lawu. Sekolah ini didirikan oleh Soejono danSamini untuk kalangan masyarakat pedesaan yang kebanyakanadalah petani. Selain itu di perkebunan karet PTP XXIII Tretes adaSMP "Kusuma Bangsa" yang berlokasi di tengah-tengahperkebunan yang dimaksudkan untuk menampung para buruhperkebunan dan petani sekitarnya.Terdapat Perguruan Tinggi: Universitas Soerjo Ngawi (Unsur),STKIP PGRI Ngawi, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian dan SekolahTinggi Ilmu Agama Islam di Paron, serta Akademi Keperawatan.Di Desa Tempurejo Walikukun Ngawi STIT MUHAMMADIYAHTempurejo menggenapi penddikan perguruan Muhammadiyahyang sudah ada dari Madarasah Diniyah Awaliyah, Wustho, Ulya,TK, MI, MTs dan MA yang bernaung dibawah organisasiMuhammadiyah, tapi sayangnya proses perkuliahannya diMantingan jauh dari Nama yang melekat yaitu Tempurrejo.Objek wisataSedangkan tempat rekreasi yang ada saat ini adalah PemandianTawun, Waduk Pondok, Air terjun Srambang, serta kebun TehJamus yang berhawa sejuk dan terdapat Kolam Pemandian disekitar Perkebunan Teh tersebut. Perkebunan Teh ini terletak diKecamatan Sine, Selain Kebun Teh Jamus di Kec. Sine, selain teh dikecamatan sine ada pula perkebunan karet yang dikelola oleh PTPXXIII Tretes Juga ada Bendungan Ndorjo yang lokasinya di Desahargosari Dsn. Gondorejo. Selain itu terdapat juga situs purbakalaTrinil yang menyimpan fosil pithecanthropus erectus (Manusiakera berjalan tegak) pertama kali di temukan oleh arkeolog Belandabernama Eugene Dubois.Gunung Liliran merupakan objek wisata ziarah yang terkenal bagimasyarakat Jawa. Pada bulan Muharam (Syura) para peziarahberdatangan ke puncak bukit pada siang dan malam hari.Sebagian dari mereka bersemadi di beberapa gua atau berziarahke Makam Joko Buduk. Pemandangan dari puncak bukit memangsangat indah berupa pesawahan dan sungai yang meliuk ke arahutara menuju Bengawan Solo. Sayang hutan di Gunung Lilirantidak indah lagi karena tanaman pinus yang dikelola Perhutani kinibanyak ditebangi.Di daerah ini terdapat Benteng van Den Bosch yang digunakanoleh Belanda sebagai strategi Benteng Steelsel dalam upayamempersempit ruang gerak Pangeran Diponegoro dalam peranggerilya. Benteng ini sekarang tertutup untuk umum.TokohUmar Kayam, budayawanDidik Nurhadi, seniman lukisDalang Poer, seniman lokalSri Edi Swasono, ekonomSri Bintang Pamungkas, politikusHermawan Sulistyo, pengamat politikRatih Sanggarwati, peragawatidr. Radjiman Wedyodiningrat, pahlawan nasional, juga pernahmenetap di Ngawi hingga akhir hayatnyaKoeshartoyo, pahlawan lokal yang sangat berjasa dan akhirnyadijadikan nama salah satu jalan di kota NgawiPelawak Kirun, Topan, dan Leysus memiliki kaitan dengan NgawiPrijanto, wakil Gubernur Jakarta 2007-2012 juga berasal dariNgawiEverardus Snethlage, pemain sepak bola BelandaCees ten Cate, pemain sepak bola amatir BelandaJustus Pieter de Veer, seniman BelandaSudigdo Adi, guru besar pada Unpad dan anggota DPR RIHarjoko Sangganagara, kolumnis dan anggota DPRD ProvinsiJawa BaratSuharmono Tjitrosoewarno, wartawan senior Pikiran RakyatBandungAnwar Hudijono, wartawan KompasWidyo Nugroho Sulasdi, guru besar ITBMakanan khasMakanan Khas Asli kota Ngawi Adalah Tepo Tahu (Pertama kali dibuat oleh Bp Palio), kemudian Wedang Cemue. karena rasanyayang enak banyak tempat lain mengklaim cemue berasal daridaerahnya, tapi Cemue adalah benar benar Asli kota Ngawi, Sateayam Ngawi juga mempunyai rasa yang berbeda dengan sateayam daerah lain. Selain itu makanan ringan semacam Kripiktempe, ledre, dan Geti banyak terdapat di Ngawi, Nasi pecel Ngawijuga memiliki rasa yang khas berbeda dengan nasi pecel di kotalain.Wisata kulinerDi Ngawi terdapat berbagai franchise penjual makanan, dan jugamakanan favorit di Ngawi, yakni tempe keripik yang dapatditemukan di warung makan, restoran, dan warung rokok.KesenianKesenian Daerah Asli Kabupaten Ngawi adalah Tari Orek Orek, TariKecetan, Dongkrek, Wayang Krucil

Sabtu, 11 Juni 2011

bikin toko online

Niatnya seh mo bikin toko online tapi msih bingung neh mo upload gambarnya yah maklum lah kan ngebloknya pakai hp..udah muter muter googling,nemu seh artikelnya dari blog tetangga tapi msih bingung juga..
Lagi trial n coba coba neh tapi harus banyak banyak belajar lagi,yah namanya juga otodidak jadi tanya sana sini,gogling lagi,cari cari yang gampang di mengerti n di terapin....
Pantang menyerah dah ilmunya.kemarin ja upload photo profil hampir keriting neh rambut,habisnya dah login di image hosting ampe berbiji biji malah tambah bingung nerapinya..untung dah masih giat n semangat buat belajar,belajar dan terus belajar...