Cari Blog Ini

Jumat, 17 Juni 2011

Dr.K.R.T.Rajiman Wedyodiningrat

Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat (lahir di Yogyakarta, 21
April 1879 – meninggal di Ngawi, Jawa Timur, 20 September 1952
pada umur 73 tahun) adalah seorang dokter yang juga
merupakan salah satu tokoh pendiri Republik Indonesia.
Pendidikan
Dimulai dengan model pembelajaran hanya dengan
mendengarkan pelajaran di bawah jendela kelas saat
mengantarkan putra Dr. Wahidin Soedirohoesodo ke sekolah,
kemudian atas belas kasihan guru Belanda disuruh mengikuti
pelajaran di dalam kelas sampai akhirnya di usia 20 tahun ia sudah
berhasil mendapatkan gelar dokter dan pada usia 24 tahun
mendapat gelar Master of Art. Ia juga pernah belajar di Belanda,
Perancis, Inggris dan Amerika.
Pilihan belajar ilmu kedokteran yang diambil berangkat dari
keprihatinannya ketika melihat masyarakat Ngawi saat itu dilanda
penyakit pes, begitu pula beliau secara khusus belajar ilmu
kandungan untuk menyelamatkan generasi kedepan dimana saat
itu banyak Ibu-Ibu yang meninggal karena melahirkan.
Sejak tahun 1934 ia memilih tinggal di Desa Dirgo, Kecamatan
Widodaren, Kabupaten Ngawi dan mengabdikan dirinya sebagai
dokter ahli penyakit pes, ketika banyak warga Ngawi yang
meninggal dunia karena dilanda wabah penyakit tersebut. Rumah
kediamannya yang sekarang telah menjadi situs sudah berusia 134
tahun. Begitu dekatnya Radjiman dengan Bung Karno sampai-
sampai Bung Karno pun telah bertandang dua kali ke rumah
tersebut.
Boedi Oetomo
Dr. Radjiman adalah salah satu pendiri organisasi Boedi Oetomo
dan sempat menjadi ketuanya pada tahun 1914-1915. [1]
BPUPKI
Dalam perjalanan sejarah menuju kemerdekaan Indonesia, dr.
Radjiman adalah satu-satunya orang yang terlibat secara akif
dalam kancah perjuangan berbangsa dimulai dari munculnya
Boedi Utomo sampai pembentukan BPUPKI. Manuvernya di saat
memimpin Budi Utomo yang mengusulkan pembentukan milisi
rakyat disetiap daerah di Indonesia (kesadaran memiliki tentara
rakyat) dijawab Belanda dengan kompensasi membentuk
Volksraad dan dr. Radjiman masuk di dalamnya sebagai wakil dari
Boedi Utomo.
Pada sidang BPUPKI pada 29 Mei 1945, ia mengajukan pertanyaan
“apa dasar negara Indonesia jika kelak merdeka?” Pertanyaan ini
dijawab oleh Bung Karno dengan Pancasila. Jawaban dan uraian
Bung Karno tentang Pancasila sebagai dasar negara Indonesia ini
kemudian ditulis oleh Radjiman selaku ketua BPUPKI dalam sebuah
pengantar penerbitan buku Pancasila yang pertama tahun 1948 di
Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi.
Terbongkarnya dokumen yang berada di Desa Dirgo, Kecamatan
Widodaren, Kabupaten Ngawi ini menjadi temuan baru dalam
sejarah Indonesia yang memaparkan kembali fakta bahwa
Soekarno adalah Bapak Bangsa pencetus Pancasila.
Pada tanggal 9 Agustus 1945 ia membawa Bung Karno dan Bung
Hatta ke Saigon dan Da Lat untuk menemui pimpinan tentara
Jepang untuk Asia Timur Raya terkait dengan pemboman
Hiroshima dan Nagasaki yang menyebabkan Jepang berencana
menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, yang akan menciptakan
kekosongan kekuasaan di Indonesia.
Karier selanjutnya
Di masa setelah kemerdekaan RI Radjiman pernah menjadi
anggota DPA, KNIP dan pemimpin sidang DPR pertama di saat
Indonesia kembali menjadi negara kesatuan dari RIS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar